Rabu 29 Jul 2020 14:21 WIB

Risma Ungkap Tren Penyebaran Covid-19 di Perumahan Mewah

Penyebaran Covid bisa terjadi karena tidak semua orang memiliki kekebalan tubuh.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Indira Rezkisari
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Rabu (29/7) menemukan fakta tingginya angka penyebaran Covid-19 di kawasan perumahan mewah atau elit di Surabaya, Jatim.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada Rabu (29/7) menemukan fakta tingginya angka penyebaran Covid-19 di kawasan perumahan mewah atau elit di Surabaya, Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 tetap melakukan isolasi di tempat terpisah dengan anggota keluarganya. Risma mengatakan, berdasarkan data terbaru, tren penyebaran Covid-19 banyak ditemukan di perumahan-perumahan elit atau rumah besar.

Pesan Risma untuk isolasi mandiri berlaku bagi penderita yang tinggal di mana saja. Termasuk di perumahan elit atau rumah mewah.

Baca Juga

 

Ia menemukan, meski pasien tersebut menjalani isolasi mandiri namun nyatanya masih menyebarkan ke anggota keluarganya. “Sering kali pasien menyampaikan saya isolasi mandiri karena rumah besar. Saya bisa mandiri. Kenyataannya dari data yang saya baca, itu banyak yang tinggal di rumah besar, tetapi akhirnya satu keluarga terkena semuanya,” kata Risma di Surabaya, Rabu (29/7).

Risma mengatakan, tidak semua orang memiliki kondisi dan kekebalan tubuh yang sama. Itulah mengapa dia meminta agar orang yang pertama positif Covid-19 langsung berpindah tempat untuk menjalani isolasi. Isolasi bisa dilakukan di Asrama Haji maupun tempat karantina lain yang dirasa aman.

“Makanya sekarang saya berusaha bagaimana kami bisa merayu untuk yang pasien pertama positif bisa isolasi terpisah dengan keluarga,” ujar Risma.

Risma mencontohkan, di dalam rumah terdapat anak-anak atau lansia yang juga rentan terhadap penularan. Meskipun secara fisik sudah tidak ada kontak, namun jika tetap tinggal dalam satu rumah risikonya tertularnya masih cukup tinggi

“Tapi kadang bagaimana dengan pakaian kotor. Akhirnya satu keluarga tertular semua. Permasalahannya ada yang kuat, ada yang bayi, ada yang masih anak-anak. ini akan berputar terus dalam satu keluarga itu,” kata dia.

Risma melanjutkan, jika rantai penularan di dalam rumah tidak diputus, maka dikhawatirkan akan terus berputar antar keluarga yang berada di rumah itu. Oleh karenanya, Risma benar-benar berharap agar pasien mau untuk melakukan isolasi mandiri di tempat terpisah dengan keluarga mereka.

“Misalnya anaknya negatif, ibunya positif tertular lagi begitu seterusnya. Karena itu saya mohon sekali lagi pasien yang pertama positif untuk isolasi supaya keluarga lainnya tidak tertular,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement