REPUBLIKA.CO.ID, LEEDS -- Tim peneliti dari University of Leeds menemukan bahwa plastik yang memasuki laut akan berlipat ganda pada tahun 2040. Lebih dari 1,3 miliar ton limbah plastik akan dibuang di darat dan di perairan.
Peneliti menemukan cara terbaik untuk mengurangi banjir plastik. Peneliti mengembangkan model yang disebut Plastic-to-Ocean (P₂O) yang menggabungkan pengetahuan tentang aliran global plastik. Model ini membandingkan produksi sampah plastik saat ini, penggunaan dan pengelolaan limbah dengan apa yang diproyeksikan di masa depan.
Apakah Anda membakar sampah di kebun atau di jalan? Apakah Anda membuangnya ke sungai? Jika Anda menjawab tidak untuk kedua pertanyaan ini, maka Anda mungkin salah satu dari 5,5 miliar orang mengumpulkan limbah.
Menurut peneliti University of Leeds, Ed Cook sampah plastik yang tidak terkumpul biasanya hanya dibakar.
"Model kami menunjukkan bahwa secara kumulatif, lebih dari 2,2 miliar ton plastik akan dibakar terbuka pada tahun 2040, jauh lebih banyak dari 850 juta ton yang diperkirakan akan dibuang di darat dan 480 juta ton di sungai dan laut," kata Ed Cook, dilansir di Independent, Kamis (30/7).
Mengumpulkan sampah
Ilmuwan menemukan bahwa satu-satunya intervensi yang paling efektif adalah menyediakan layanan untuk 2 miliar orang yang saat ini tidak mengumpulkan limbah mereka. Namun, dari sembilan intervensi yang diuji, tidak ada yang menyelesaikan masalah sendiri.
Peneliti menemukan, hanya pendekatan terpadu yang bisa menyelesaikan masalah sampah. Pendekatan terpadu yang bisa diambil adalah mengurangi permintaan plastik sekali pakai dan memperbaiki bisnis untuk daur ulang sampah.
Akan tetapi, dalam skenario kasus terbaik di mana dunia mengambil jenis tindakan terpadu, sekitar 710 juta ton limbah plastik akan dilepaskan ke lingkungan pada tahun 2040.
"Itu mungkin terdengar banyak, tetapi itu akan berarti pengurangan 80 persen dalam tingkat polusi plastik dibandingkan dengan apa yang akan terjadi tanpa tindakan selama dua dekade mendatang," kata peneliti Costas Velis.
Peranan pemulung
Velis menjelaskan, pekerjaan timnya juga menyoroti kontribusi 11 juta pemulung di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pekerja informal ini mengumpulkan barang-barang limbah, termasuk plastik, untuk didaur ulang.
Model memperkirakan bahwa pemulung berkontribusi atas 58 persen dari semua sampah plastik yang dikumpulkan untuk didaur ulang di seluruh dunia. Jumlah ini lebih dari yang dicapai layanan pengumpulan formal gabungan di seluruh negara-negara berpenghasilan tinggi yang disatukan.
Tanpa pemulung, jumlag plastik yang memasuki sungai dan lautan akan jauh lebih besar. Menurut Velis, upaya mereka harus diintegrasikan ke dalam rencana pengelolaan limbah kota. Hal ini penting tidak hanya untuk mengakui kontribusi mereka, tetapi juga untuk meningkatkan standar keselamatan yang mereka alami.