REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengajak masyarakat untuk saling terlibat dalam memerangi pandemi Covid-19. Ia pun membeberkan ada sekitar lima keluarga yang menjadi klaster persebaran Covid-19 di Kota Bogor.
"Ada lima atau enam keluarga jadi klaster penyebaran Covid-19. Bahkan ada yang satu keluarga 14 orang (terpapar)," ucap Bima di Kota Bogor, Jumat (31/7).
Bima menjelaskan, klaster itu disebabkan sejumlah faktor di antaranya sikap egois maupun kurang jujurnya orang tersebut saat dilakukan proses pemeriksaan. Terlebih, Bima mengatakan, terdapat ancaman persebaran Covid-19 melalui orang tanpa gejala (OTG).
"OTG itu berbahaya sekali, ada Covid-19 tapi mereka masih jalan-jalan. Memegang orang tapi kalo orangnya punya komorbit (penyakit penyerta) bisa meninggal gitu kan. Jadi jangan egois," jelasnya.
Bima menyatakan akan terus mengupayakan deteksi dini melalui swab secara massif. Sampai saat ini, Bima menyebut, telah melakukan swab kepada sekitar tujuh ribu warga.
"Target kita delapan ribu akan segera terlampaui. Keluarga di swab, perkantoran di swab, orang keluar kota di swab," katanya.
Karena itu, pihaknya akan mengeluarkan surat edaran (SE) yang mewajibkan warga ke luar kota untuk melaporkan diri ke RT/RW setempat. Kecuali, bagi warga yang bepergian ke Jakarta secara rutin untuk bekerja.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Dedie A Rachim merinci klaster keluarga yang paling banyak yakni klaster semplak dengan total 14 kasus. Dedie menjelaskan klater Semplak awalnya tiga kasus bertambah 11 kasus. Enam diantaranya merupakan warga Kabupaten Bogor.
Kemudian, klaster keluarga Rimba Mulya bertambah satu orang menjadi tujuh kasus. Klaster ini, mengakibatkan ayah dan anak meninggal dunia.
Sementara, klaster Cimanggu City dari yang mulanya berjumlah tiga orang bertambah satu orang menjadi empat kasus. Terbaru, yakni klaster keluarga di Bantarjati. Klater ini disebabkan dari kepala keluarga pemilik restoran dinyatakan positif Covid-19. Saat dilakukan pelacakan, Ia melakukan kontak erat setidaknya dengan 17 orang.
Kemudian, pada 21 Juli 2020 dilakukan swab kepada yang kontak erat. "Ada 17 kontak erat dan lima di antaranya positif," ucap Dedie.