REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Harga sapi qurban di Kota Palu, Sulawesi Tengah, turun dibandingkan sebelum adanya pandemi virus corona (COVID-19). Syahril, seorang pedagang sapi kurban di Palu, membenarkan harga hewan kurban rata-rata turun dari sebelumnya Rp 15 juta per ekor, kini turun menjadi Rp 13 juta per ekor. Mereka terpaksa menurunkan harga agar hewan qurban bisa laku terjual.
"Meski harganya sudah diturunkan, pembeli hewan kurbanpun kali ini juga menurun," kata dia. Syahril mengatakan menyiapkan sebanyak 40 ekor sapi kurban miliknya, tetapi yang laku terjual hanya sekitar 20 ekor.
Namun berbeda dengan harga daging sapi segar di pasar-pasar tradisonal di Kota Palu, sehari menjelang Lebaran Idul Adha 1441 Hijriah/2020 justru bergerak naik mencapai Rp 120 ribu per kg dari normalnya hanya Rp 110 ribu. Sejumlah pedagang di Pasar Masomba Palu, Jumat, membenarkan kenaikan daging sapi tersebut karena permintaan meningkat.
"Setiap menjelang hari raya harga daging sapi selalu naik," kata Jafar, seorang penjual daging sapi di kawasan itu.
Hal senada juga diungkap Rifai, pedagang daging sapi di Pasar Inpres Manonda, pasar tradisional terbesar di Kota Palu. Ia juga mengakui sehari menjelang Idul Adha, harga daging sapi naik dipicu permintaan masyarakat meningkat hingga dua kali-lipat dari hari biasa.
Selain daging sapi segar, juga, kata dia, ada pula daging sapi beku yang dijual oleh Bulog Sulteng dengan harga sesuai harga ceran tertinggi (HET) Rp 80 ribu per kg. Harganya jauh lebih murah, tetapi kebanyakan orang membeli daging sapi segar yang dijual di pasar-pasar, meski harganya jauh lebih tinggi dibandingkan harga daging beku dijual Bulog.