REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tujuan Garda Revolusi Iran didirikan 40 tahun yang lalu adalah untuk melindungi sistem Islam dan mengimbangi kekuatan angkatan bersenjata reguler Iran. Kini mereka menjadi kekuatan militer, politik, dan ekonomi paling berpengaruh di negara itu.
Garda Revolusi dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan tokoh-tokoh senior lainnya. Garda Revolusi Iran diperkirakan memiliki 190 ribu personel aktif yang tersebar di divisi darat, laut, udara, dan divisi yang mengawasi senjata strategis Iran di luar negeri.
Dilansir BBC, kelompok ini mengendalikan paramiliter Basij yang membantu menekan perbedaan pendapat di Iran. Garda Revolusi juga mengawasi lembaga amal atau bonyads yang menjadi bagian penting perekonomian Iran.
Garda Revolusi menyebar pengaruh mereka di seluruh penjuru Timur Tengah. Melalui Pasukan Al-Quds yang bertindak sebagai bayang-bayang, Garda Revolusi menyediakan dana, senjata, teknologi, pelatihan, dan konsultasi pada pemerintah dan angkatan bersenjata sekutu.
Amerika Serikat (AS) menuduh Pasukan Al-Quds mendukung organisasi-organisasi teroris yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di Iran dan seluruh penjuru Timur Tengah. Serangan-serangan itu menimbulkan korban jiwa pada pasukan AS dan personel militer negara lain.
Pada 3 Januari lalu AS membunuh Jenderal Al-Quds Qassem Soleimani dengan pesawat tanpa awak di Baghdad. Departemen Pertahanan AS mengatakan Soleimani adalah dalang dari serangan roket di Irak yang menewaskan kontraktor Amerika.
AS juga menuduh jenderal itu 'aktif mengembangkan rencana serangan' ke diplomat-diplomat dan pasukan AS di kawasan. Seruan Ayatollah Khamenei untuk 'membalas dendam dengan kekuatan penuh' memicu kekhawatiran konflik besar.