REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI), H E Afrizal Sinaro mengatakan, layanan wi-fi gratis yang disediakan takmir masjid untuk para siswa belajar daring patut untuk disyukuri.
"Dalam situasi darurat saat wabah covid-19, tentunya kita bersyukur banyak lembaga kelompok masyarakat turut serta membantu masyarakat termasuk masjid dalam menyediakan Wi-Fi gratis bagi siawa yang belajar daring," kata Afrizal yang juga Ketua Yayasan Perguruan Al-Iman Citayam Bogor ini, pada Senin (3/8).
Afrizal mengungkapkan, masalah pendidikan memang menjadi tanggung jawab bersama. Akan tetapi karena saat ini masyarakat juga dalam kondisi sulit karena dampak covid-19, untuk itu pemerintah dapat lebih dahulu membantu.
"Yang lebih penting adalah pemerintahan di daerah, seharusnya kantor lurah, kantor desa wajib menyediakan Wi-Fi gratis bagi siswa yang belajar online," ucap Afrizal.
Adapun Masjid At-Taqwa, Magelang menyediakan internet gratis untuk membantu kegiatan belajar anak-anak yang sekolah SD dan SMP. Jaringan internet gratis sedekah warga ini selain untuk membantu warga sekitar juga memakmurkan masjid. Sebanyak 10 hingga 14 anak memanfaatkan internet gratis ini dari pagi hingga menjelang elang Shalat Dzuhur.
Dia mengatakan, namun sejatinya masalah jaringan internet ini hanya bagian kecil dari persoalan pendidikan anak-anak saat ini. Afrizal menyampaikan, persoalan utamanya yakni pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak siap, dan tidak tanggap untuk menyiapkan kurikulum darurat.
Bagi sekolah, khususnya guru-guru, mereka merasa kesulitan dalam proses pembelajaran baik online maupun offline. Mereka masih berpatokan pada kurikulum lama seperti situasi normal, sedangkan sekarang situasinya tidak normal.
Dia mengungkapan, seharusnya kurikulum menjadi hal utama yang perlu disiapkan oleh pemerintah. Sementara di Kementerian Agama (Kemenag) kurikulum darurat sudah diberlakukan dari dua bulan yang lalu.
"Kenapa di Kemendikbud kok lama banget? Kalau kurikulum kan gak mungkin masing-masing sekolah yang buat, pastinya pemerintah. Sekarang sekolah dan guru-guru melakukan pembelajaran daring dengan cara masing-masing, gak terarah gak terukur," kata dia.
Menurut Afrizal, apabila Kemendikbud ingin memberlakukan kurikulum darurat saat ini sudah terlambat. Seharusnya ini dilaksanakan di awal sekolah pada tahun ajaran baru, kurikulum darurat ini sudah siap, dan guru-guru sudah bisa mempersiapkan model pembelajaran daring.