Selasa 04 Aug 2020 09:22 WIB

Bagaimana Anak-Anak Pemulung di Bantargebang Jalani PJJ?

Tugas yang diberikan guru kepada anak jadi kendala karena sang ibu buta huruf.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Bilal Ramadhan
Pemulung memungut sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Pemulung memungut sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, Mahesa (7 tahun) tengah berlari riang saat matahari hendak terbenam di antara gunungan sampah TPA Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Ia dan kawan-kawan sebayanya sangat antusias menyambut lebaran Idul Adha yang akan segera tiba keesokan hari.

Layaknya anak usia belia pada umumnya, bocah berkepala plontos itu memang tampak normal-normal saja. Dia masih bisa tertawa, bermain dan menebar kegembiraan. Tahun ini seharusnya jadi tahun yang amat penting bagi Mahesa. Ia resmi menginjakkan kaki di Sekolah Dasar sejak 13 Juli 2020 lalu.

Namun, ia tak bisa berangkat ke sekolah yang hanya berjarak kurang dari 2 km dari kediamannya itu. Pasalnya, seluruh sekolah di Kota Bekasi masih harus menjalani sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat adanya pandemi Covid-19.

Kondisi PJJ mengharuskan para siswa belajar dari rumah, tentu menjadi PR tersendiri bagi orang tuanya. Ibunda Mahesa, ditemui di lokasi yang sama mengaku pusing tak karuan. PJJ ini memang menuntut orang tua siswa terus proaktif.