REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat ini seluruh dunia tengah dilanda dengan pandemi Covid-19. Semua negara berjuang untuk menghentikan penyebaran virus ini. Namun di tengah musibah yang dialami, seorang Muslim dapat mengambil pelajaran dari segala hal yang terjadi.
Dikutip dari laman Patheos pada Selasa (4/8), terdapat tiga pelajaran yang dapat diambil seorang Muslim dalam musibah pandemi ini, berikut rinciannya:
1. Bersikaplah rendah hati.
Saat ini banyak Muslim tampaknya melupakan posisi mereka berhadap-hadapan dengan Allah SWT. Kecuali dalam sholat, umat Islam merasa mereka tidak perlu mengingat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dari sudut pandang Islam, Allah SWT merupakan pusat dari kehidupan manusia, dan umat Islam membutuhkan-Nya, betapapun baiknya kondisi fisik, psikologis, dan ekonomi mereka.
Pandemi ini dapat mengingatkan manusia tentang kerentanan dirinya secara pribadi, membuat seseorang menyaksikan keterbatasan dirinya secara lebih mendalam, dan memulihkan hubungan seseorang dengan Allah SWT.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam The Economic Journal pada 2019 tampaknya mendukung kemungkinan ini, karena orang-orang percaya akan menjadi lebih religius, setelah bencana, tidak peduli apa pun kelompok pendapatan atau tingkat pendidikan.
2. Renungkan konsumsi yang berlebihan
Pandemi memiliki potensi untuk memberi seseorang pelajaran tentang kebiasaan mengonsumsi pra-pandemi. Mengonsumsi lebih sedikit dapat membuat seseorang mempertanyakan apakah dirinya benar-benar membutuhkan sebanyak itu selama masa-masa normal.
Pertanyaan semacam ini sangat penting bagi dunia karena dengan mengonsumsi lebih banyak, maka akan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Hanya dalam beberapa pekan, emisi NO2 dan CO2 turun secara dramatis karena penurunan signifikan dalam produksi industri dan perjalanan yang terbatas.
Bagi umat Islam terkait konsumsi berlebihan tercatut dalam surat Al-An'am ayat ke-141. Meskipun beberapa intelektual Muslim mengkritik negara-negara Barat karena egois, dan tidak bertanggung jawab mengeksploitasi sumber daya alam demi keuntungan mereka sendiri, para modernisator Muslim tidak melihat masalah dalam jalur Barat menuju modernisasi dan pembangunan.
Sekelompok Muslim juga tidak ragu untuk merangkul kebiasaan mengonsumsi kapitalis. Ini bisa menjadi peluang besar bagi umat muslim untuk merenungkan kebiasaan konsumsi, serta kerusakan besar yang ditimbulkan di planet bumi ini.
3. Investasikan dalam sains
Pekan lalu presiden ateis Belarus Alexander Lukashenko mencemooh ketakutan terkait Covid-19. Demikian pula, ulama Sunni dan Syiah Pakistan menolak untuk menunda sholat berjamaah.
Di sisi lain, semua orang yang rasional terlepas dari pandangan agama atau kurangnya mereka menganggap serius virus ini, mengharapkan para ilmuwan untuk menemukan pengobatan virus corona. Namun, apakah kemungkinan seorang ilmuwan dari negara mayoritas Muslim akan mendapatkan perawatan? Mungkin sangat kecil.
Terdapat ilmuwan Muslim hebat seperti peraih Hadiah Nobel Aziz Sancar dari University of North Carolina atau Adel Mahmoud dari Princeton, yang mengembangkan beberapa vaksin penyelamat jiwa. Tetapi sayangnya sulit untuk percaya bahwa mereka akan memiliki kesuksesan yang sama jika mereka mengejar karier mereka di negara asalnya.
Untuk itu, apa yang hilang di negara-negara mayoritas Muslim? Satu kekurangan besar yakni pendanaan dan organisasi studi ilmiah. Upaya ilmiah hanya dapat dicapai dalam organisasi yang sudah mapan.
Namun, ketika seseorang berbicara tentang organisasi ilmiah yang mapan di Dunia Muslim, hal pertama yang muncul di benak orang awam yakni Bayt al-Hikmah pusat penerjemahan dan lembaga akademik Abbasiyah abad kesembilan.
Seolah-olah Muslim telah berhenti ada selama satu milenium. Sekarang para pemimpin Muslim menghabiskan ratusan miliar dolar untuk saling bertarung, dan menindas rakyat mereka sendiri sambil memperkaya industri senjata Amerika, Rusia, dan Prancis.
Sumber: https://www.patheos.com/blogs/allmuslim/2020/04/3-coronavirus-lessons-for-muslims/