REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi, wilayah yang terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih di daerah itu meluas.
Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan saat ini, kecamatan/kapanewon yang terdampak kekeringan, yakni Girisubo, Paliyan, Purwosari, Rongkop, Saptosari, Semanu, dan Tanjungsari.
Selain itu, kecamatan/kapanewon yang sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih, yakni Rongkop, Girisubo, Semanu, dan Purwosari. "Total dusun yang terdampak ada sebanyak 262 dusun. Total ada ratusan ribu jiwa yang terdampak kekeringan," kata Edy.
Tahun ini, pemkab mengalokasikan anggaran penyaluran air bersih di BPBD sebesar Rp700 juta. BPBD Gunung Kidul melakukan penyaluran air bersih sejak Selasa (22/7). Rencananya penyaluran akan terus dilakukan sesuai dengan permintaan resmi dari masyarakat.
Ia meminta masyarakat membuka akses menuju masuk kampung maupun kelurahan/desa.
"Permintaan ini disebabkan saat muncul pandemi COVID-19, banyak jalan masuk ke perkampungan ditutup guna antisipasi penyebaran virus tersebut," katanya.
Untuk memberikan bantuan air bersih, pihaknya masih mengandalkan empat mobil tangki dari tujuh mobil yang dimiliki BPBD.
Distribusi tidak bisa optimal karena dua armada di antaranya rusak parah, dan satu rusak sedang.
Pihaknya sudah meminta kepada Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) terkait masih adanya 10 tangki milik pemkab yang bisa ditarik dari kapanewon/kecamatan.
"Kami berharap ada pengadaan tangki atau menarik dari kecamatan/kapanewon yang sudah tidak dipakai untuk dialihkan ke BPBD guna mendukung distribusi air bersih," harapnya.
Kepala Bidang Aset BKAD Gunung Kidul Prihatin Eka Widada mengatakan pihaknya belum akan menarik tangki milik pemkab yang ada di kapanewon karena masih untuk persiapan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
"Kemungkinan baru tahun 2021 mendatang aset mobil tangki akan ditarik," katanya.