Selasa 04 Aug 2020 21:14 WIB

Ini Alasan Bio Farma Bermitra dengan Sinovac

Sinovac menggunakan platform inactivated di mana metode ini sudah dikuasai Bio Farma.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Suasana fasilitas produksi vaksin COVID-19, di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir ke Bio Farma bertujuan untuk melihat kesiapan kapasitas Bio Farma dalam memproduksi Vaksin Covid-19 dari 100 juta dosis menjadi 250 juta dosis.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Suasana fasilitas produksi vaksin COVID-19, di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir ke Bio Farma bertujuan untuk melihat kesiapan kapasitas Bio Farma dalam memproduksi Vaksin Covid-19 dari 100 juta dosis menjadi 250 juta dosis.

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDUNG -- Bio Farma menggandeng Sinovac dalam proses pengembangan calon vaksin Covid-19. Bio Farma mempertimbangkan beberapa hal terkait hal itu.

Baca Juga

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir ke Bio Farma bertujuan untuk melihat kesiapan kapasitas Bio Farma dalam memproduksi Vaksin Covid-19 dari 100 juta dosis menjadi 250 juta dosis. Serta, melihat juga perkembangan pelaksanaan uji klinis fase 3 vaksin Covid-19.  

Saat ini, vaksin Covid-19 sedang menjadi kebutuhan dunia. Lembaga penelitian dunia berlomba-lomba untuk menemukan vaksin Covid-19. Di Indonesia, melalui Induk Holding BUMN Farmasi Bio Farma, menggandeng perusahaan Sinovac.

"Alasan Bio Farma memilih Sinovac sebagai partner kolaborasi adalah karena vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac, menggunakan platform inactivated (virus yang diinaktivasi) yang mana metode ini sudah dikuasai oleh Bio Farma sejak lama," kata Honesti di Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8).

Faktor lainnya adalah karena sampai dengan saat ini mereka memiliki kemampuan pengembangan vaksin Covid-19 tercepat, mempunyai pengalaman sebagai perusahaan pertama di dunia yang menyelesaikan fase 1 untuk vaksin SARS, dan memiliki produk vaksin H1N1 (Swine Flu) pertama yang disetujui oleh dunia.

Selain  dengan Sinovac, Bio Farma juga berkolaborasi bersama konsorsium nasional yang dipimpin oleh lembaga Biomolukuler Eijkman, yang akan memproduksi Vaksin Merah-Putih pada 2022 mendatang. 

Saat ini, sudah ada 15 produk vaksin yang lulus Pre-Kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sehingga ada 150 negara yang telah menggunakan produk itu. Bahkan, negara-negara di Timur Tengah banyak yang sudah menggunakan dan belajar dari Bio Farma untuk membuat vaksin.

"Meski begitu (proses pembuatan vaksin sedang berjalan-Red), masyarakat tetap harus memperhatikan protokol kesehatan Covid-19, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak," kata Honesti.

Honesti menambahkan, kapasitas produksi maksimal yang akan digunakan untuk memproduksi vaksin Covid-19 adalah sebesar 250 juta dosis per tahun. Bio Farma sedang menyiapkan fasilitas produksi tambahan sebesar 150 juta dosis. Fasilitas produksi tambahan ini akan siap pada Desember 2020, dari rencana semula di awal 2021.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement