Kamis 06 Aug 2020 21:53 WIB

FAO Laporkan Harga Pangan Dunia Naik di Bulan Juli

Harga pangan dunia melanjutkan kenaikan pada bulan sebelumnya.

Makanan berbahan gandum.
Makanan berbahan gandum.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Harga pangan dunia pada bulan Juli meningkat. Ada lonjakan harga minyak sayur, produk susu dan gula. Ini memperpanjang kenaikan harga bulan Juni usai kemerosotan harga lantaran pandemi pada bulan-bulan sebelumnya. Hal ini dilaporkan oleh Organisasi Makanan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada Kamis (6/8).

Index harga makanan FAO, yang mengukur perubahan-perubahan harga sereal, biji-biji minyak nabati, produk-produk susu, daging dan gula, dengan rata-rata 94,2 poin pada bulan Juli dibandingkan dengan harga perubahan pada Juni dengan 93,1 poin.

Baca Juga

"Serupa dengan Juni, peningkatan lebih jauh pada harga minyak sayur produk-produk susu dan gula melebihi harga-harga rendah di pasar daging di tengah nilai stabil indeks harga sereal," kata FAO dalam sebuah pernyataan.

Index harga sayur agensi tersebut merambat naik 7,6 persen pada bulan Juli dan mencapai harga tertinggi dalam lima bulan. Minyak sawit didukung oleh penurunan produksi yang telah diperkirakan, permintaan global yang pulih dan kekurangan tenaga kerja migran.

Sementara minyak kedelai dan minyak nabati didukung, masing-masing, oleh pengetatan pasokan di Brazil dan permintaan baru di Eropa.

Permintaan minyak nabati telah terhenti awal tahun ini oleh langkah-langkah karantina wilayah (lockdown) untuk melawan virus corona, mengurangi permintaan restoran dan bahan bakar hayati.

Dalam produk susu, semua produk yang dilacak oleh FAO naik bulan lalu, membantu indeks harga susu naik 3,5 persen dan naik kembali di atas level prapandemi.

Susu bubuk naik karena permintaan impor yang kuat dari pembeli Asia di tengah kekhawatiran tentang ketersediaan ekspor di Oseania. Mentega dan keju didukung oleh permintaan impor yang kuat tetapi tetap di bawah tingkat sebelum pandemi, kata FAO.

Harga gula rata-rata naik 1,4 persen. Kenaikan harga didorong oleh kenaikan harga energi dan pengurangan produksi di Thailand.Sebagian diimbangi oleh volume penghancuran gula yang kuat di Brazil.

Sebaliknya, indeks daging FAO tergelincir 1,8 persen dan berada 9,2 persen di bawah level tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena permintaan impor global terus tertinggal meskipun ada gangguan terkait virus corona terhadap penyembelihan.

sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement