REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) mencatatkan pendapatan penjaminan bersih sebesar Rp 1,14 triliun pada Juni 2020. Nilai tersebut meningkat 20,34 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 951,08 miliar.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Rabu (12/8) pendapatan tersebut paling besar disumbang dari imbal jasa penjaminan sebesar Rp 1,36 triliun dan pendapatan komisi sebesar Rp 24,57 miliar. Kenaikan pendapatan perseroan juga sejalan dengan peningkatan beban klaim.
Tercatat, hingga Juni 2020 tanggung beban klaim sebesar Rp 656,30 miliar atau naik 33,93 persen secara year on year (yoy). Kemudian beban usaha naik menjadi Rp 395,91 miliar dari realisasi Juni 2019 sebesar Rp 375,44 miliar. Dari situ, jumlah terbesar dari beban Sumber Daya Manusia (SDM) sebesar Rp 247,30 miliar.
Alhasil, Jamkrindo hanya mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 235,65 miliar pada Juni 2020. Nilai tersebut menurun dibandingkan realisasi laba periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 305,60 miliar.
Dari sisi aset, juga mengalami penurunan sebesar 3,36 persen menjadi Rp 16,95 triliun pada Juni 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 17,54 triliun. Hal ini disebabkan piutang imbal jasa penjaminan menjadi Rp 1,91 triliun dibandingkan Juni 2019 sebesar Rp 2,89 triliun.
Sedangkan aset terbesar Jamkrindo berasal dari kas dan setara kas senilai Rp 6,24 triliun, surat berharga senilai Rp 4,47 triliun, piutang imbal jasa penjaminan senilai Rp 1,91 triliun, premi dan fee dibayar dimuka senilai Rp 1,66 triliun, dan aset-aset lainnya senilai Rp 947,75 miliar.
Kemudian liabilitas sebesar Rp 6,42 triliun pada paruh pertama 2020. Jumlah itu naik 15,05 persen secara year on year (yoy). Libilitas terbesar dari pendapatan ditangguhkan Rp 4,93 triliun.
Selanjutnya jumlah ekuitas perusahaan sebesar Rp 10,52 triliun hingga Juni 2020. Nilai ekuitas itu turun dari realisasi sebelumnya mencapai Rp 11,95 triliun. Dari nilai itu, penyertaan modal pemerintah menyumbang ekuitas terbesar yakni Rp 7,63 triliun.