REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana membuat holding penerbangan dan pariwisata setelah adanya dampak negatif terhadap dua sektor tersebut karena pandemi Covid-19. Dengan adanya wacana tersebut, Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) Muhammad Awaluddin mengatakan hal tersebut merupakan upaya untuk menyatukan aviasi dan pariwisata.
“Ini juga diharapkan mengakselerasi pertumbuhan pascacovid-19 karena ini menjadi dua sektor yang terdampak,” kata Awaluddin dalam diskusi virtual, Rabu (13/8) malam.
Meskipun begitu, AP II tampaknya masih menunggu rencana detail mengenai holding kedua sektor tersebut. Sebab menurutnya hingga saat ini, rencana tersebut masih dalam tahap kajian.
“Tapi kalau bicara holding penerbangandan pariwisata, ini akan menjadi holding ekosistem pertama,” tutur Awaluddin.
Sementara itu, Ketua Penerbangan Kargo Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Muhammad Ridwan menilai saat ini masih terlalu dini untuk membahas mengenai rencana holding tersebut. Meskipun begitu, Ridwan memastikan jika hal tersebut berdampak positif maka INACA akan mendukung.
“Apapun itu kami INACA selalu mendukung, terutama untuk perekonomian kita,” ujar Ridwan.
Sebelumnya, pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai pembentukan holding penerbangan dan pariwisata relatif lebih mudah terealisasi saat ini. Tentunya jika dibandingkan melakukan merger BUMN yang bergerak di dua sektor tersebut.
“(Merger) menurut saya secara teknis akan sulit karena kondisi Garuda Indonesia yang sedang mengalami kesulitan finansial,” kata Toto kepada Republika.co.id, Kamis (6/8).
Toto menambahkan, jika holding tersebut akan dilakukan maka perlu adanya pemimpin atau induk usaha yang kuat. Hal tersebut dibutuhkan untuk menciptakan value creation. Rahayu Subekti