REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan akan meningkatkan kehadiran militer negaranya di Mediterania Timur, Rabu (12/8). Dia menyerukan Turki menghentikan eksplorasi minyak dan gas di wilayah perairan yang dipersengketakan dengan Yunani tersebut.
Dilaporkan laman France24, Macron menyuarakan keprihatinan atas eksplorasi sepihak yang dilakukan Turki saat melakukan percakapan via telepon dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis. Menurutnya dialog damai harus dikejar guna mengurangi ketegangan dan menyelesaikan perselisihan.
Selagi hal itu belum terjadi, Prancis, kata Macron, akan memperkuat sementara kehadiran militernya di wilayah tersebut. Mereka ditugaskan memantau situasi di sana sebagai penanda tekad Prancis menegakkan hukum internasional.
Ketegangan di Mediterania meningkat setelah Turki mengirim kapal penelitian seismic Oruc Reis ke wilayah tersebut pekan ini. Turki adalah negara penjamin Republik Turki Siprus Utara (TRNC). Ia telah secara konsisten menentang pengeboran sepihak pemerintah Siprus Yunani di Mediterania Timur. Ankara menegaskan bahwa TRNC juga memiliki hak atas sumber daya di daerah tersebut.
Pada 1974, setelah kudeta yang ditujukan untuk mencaplok Siprus oleh Yunani, Ankara harus melakukan intervensi sebagai kekuatan penjamin. Pada 1983, TRNC didirikan. Beberapa dekade sejak saat itu, terlihat beberapa upaya untuk menyelesaikan perselisihan Siprus, tapi semuanya berakhir dengan kegagalan.