REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Mozilla dan Google telah memperpanjang pengaturan mereka untuk menjadikan Google sebagai mesin pencari default dalam browser Firefox hingga setidaknya 2023. Kabar tersebut dilaporkan oleh ZDNet.
Dilansir dari The Verge, Ahad (16/8), perusahaan-perusahaan tersebut belum secara resmi mengumumkan kesepakatan tersebut, yang diperkirakan ZDNet bernilai antara 400 dan 450 juta dolar Amerika Serikat (AS) per tahun, tetapi diharapkan untuk diumumkan pada akhir musim gugur ini. Pengaturan saat ini akan berakhir pada akhir 2020.
“Kemitraan penelusuran Mozilla dengan Google sedang berlangsung, dengan Google sebagai penyedia penelusuran default di browser Firefox di banyak tempat di seluruh dunia,” kata juru bicara Mozilla Justin O’Kelly dalam email ke The Verge.
“Kami barus aja memperpanjang kemitraan dan hubungannya tidak berubah,” ujarnya lagi.
Langkah ini dilakukan karena Mazilla baru saja mengumumkan rencana untuk memberhentikan 250 karyawan, yang mewakili sekitar seperempat tenaga kerjanya. CEO Mozilla Mitchell Baker menulis dalam sebuah unggahan blog bahwa pandemi virus corona telah “secara signifikan memengaruhi pendapatan kami”. Dalam unggahan blog yang mengumumkan perubahan tersebut, Baker menulis perusahaan akan fokus pada membangun produk baru yang disukai dan ingin digunakan orang, memperbarui fokusnya pada komunitas dan mengidentifikasi aliran pendapatan baru.
Mozilla juga memberhentikan sekitar 70 orang pada Januari. Sebagian besar pendapatan Mozilla berasal dari perusahaan mesin pencarian seperti Google, serta Yandex di Rusia dan Baidu di China, yang membayar agar mesin telusur mereka menjadi opsi default di Firefox.
Selama dekade terakhir, pangsa pasar browser Firefox telah menurun, dan pada saat itu, beberapa produk yang lebih besar, seperti ponsel Firefox dan Firefox OS, tidak pernah membuahkan hasil. Google tidak segera menanggapi permintaan komentar pada Sabtu (15/8).