JAKARTA, SWA.CO.ID -- Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman pada 13 Mei 2020 telah mematenkan Plasmid Eijkman Control for Covid-19 untuk mendeteksi Covid-19 secara polymerase chain reaction atau PCR. Lembaga riset ini terus berupaya menciptakan inovasi untuk menangkal penyebaran virus corona (Covid-19), serta memproduksi vaksin di Indonesia.
Terkait hal itu, LBM Eijkman memang mengemban amanah, yakni mengidentifikasi molekuler sampel virus corona (Covid-19) dari rumah sakit ataupun dari beberapa fasilitas layanan kesehatan untuk mendeteksi Covid-19, memimpin konsorsium pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia, mendukung penelitian plasma konvalesen/plasma convalescent, mengkaji secara molekuler sifat-sifat virus SARS-CoV-2 yang ada di Indonesia, mengembangkan metode pengujian plasma konvalesen, dan mendukung pengujian anti virus yang lain. “Semuanya itu harus dikerjakan di fasilitas Biosafety Level 3 Laboratory. Jadi, setidaknya ada lima kegiatan yang sebetulnya saling berkaitan, karena fokusnya adalah virus SARS-CoV-2,” tutur Profesor dr. Amin Soebandrio, SpMK(K), PhD, Kepala LBM Eijkman kepada SWA pada akhir Juni lalu.
LBM Eijkman meneliti lebih lanjut urutan sampel genom atau whole genome sequencing (WGS) virus SARS-CoV-2 untuk diindentifikasi karakteristik virus corona yang nantinya dikembangkan sebagai vaksin Covid-19 di Indonesia. Lembaga ini menemukan tujuh genom untuk pengembangan vaksin dari virus SARS Cov-2 dari pasien di Indonesia. Genom ini sudah dimasukkan ke GISAID (Global Initiative for Sharing All Influenza Data), lembaga riset dan pangkalan data virus influenza global. Merujuk data GISAID, ada tiga tipe Covid-19 yang teridentifikasi di dunia, yaitu virus corona tipe S, G, dan V. Sampel virus di Indonesia, menurut Amin, merupakan tipe others atau belum dikenali.
Dia mengatakan, LBM Eijkman berencana menguji vaksin virus corona ke hewan dan jika hasilnya memuaskan maka vaksin akan diproduksi massal. “Kami berharap hasil uji vaksin bisa diberikan ke industri farmasi di akhir semester pertama tahun 2021 untuk diuji kepada manusia,” ujar Amin. LBM Eijkman membuka pintu kolaborasi bersama lembaga penelitian dan perguruan tinggi apabila sudah berhasil memproses kloning protein untuk pengembangan vaksin virus corona ini.
Saat ini, LBM Eijkman memiliki 10 urutan atau sekuens virus corona yang sampelnya diperoleh 10 pasien Covid-19 ini. Rinciannya, tujuh sekuens diperoleh dari pasien di Jakarta dan tiga dari pasien terinfeksi Covid-19 di Jakarta, Samarinda, dan Manado. “Ke depan, kami berupaya untuk mengambil sampel dari pasien di daerah lain,” ujar Amin menjabarkan. Rencananya, LBM Eijkman memperoleh 100 sampel untuk diteliti lebih detail agar bisa memperoleh gambaran yang lebih sempurna mengenai virus yang ada di Indonesia.
Selanjutnya, LBM Eijkman sedang meneliti 10 sekuens itu untuk dikembangkan sebagai vaksin buatan anak negeri. “Jika proses itu sudah selesai, maka tahapan berikutnya akan lebih cepat,” imbuhnya. Apabila protein rekombinannya sudah ditemukan, uji vaksin ke hewan akan dicoba sekitar 2 hingga 3 bulan mendatang. “Setelah itu harus menunggu sekitar 2 bulan lagi untuk melihat responnya,” tutur Amin.
Untuk bisa mendapatkan protein rekombinan, LBM Eijkman memperbanyak pengurutan genom alias WGS dari virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Apabila tahapan ini rampung, LBM Eijkman berancang-ancang menjalin kemitraan bersama institusi, perguruan tinggi dan lembaga lainnya untuk memproses pengujian atau proses penyiapan protein selanjutnya, termasuk dengan diaspora di luar negeri. “Kami sedang proses finalisasi lembaga lainnya yang akan terlibat dalam pengembangan vaksin mandiri di Indonesia,” tutur Amin. Nantinya, menurut Amin, produksi vaksin akan dilakukan LMB Eijkman serta bermitra dengan PT Bio Farma (Persero) yang reputasinya dikenal sebagai produsen vaksin. Bibit vaksin atau vaccine seed khusus untuk strain corona di Indonesia diharapkan terealisasi di akhir tahun ini. Fase selanjutnya memproduksi massal vaksin tersebut untuk imunisasi massal di tahun 2021. “Untuk jumlah idealnya, imunisasi diberikan 70% dari jumlah total penduduk Indonesia,” ujar Amin lagi. (*) Vina Anggita & Vicky Rachman