REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang mantan agen CIA dan FBI dituduh sebagai mata-mata China dalam sebuah operasi yang berjalan selama bertahun-tahun. Menurut dokumen pengadilan, Alexander Yuk Ching Ma (67 tahun) ditangkap atas tuduhan konspirasi untuk memberikan informasi pertahanan nasional kepada pemerintah asing.
"Tindakan spionase yang serius ini adalah contoh lain dalam rangkaian panjang kegiatan terlarang yang dilakukan Republik Rakyat China terhadap Amerika Serikat," ujar Asisten Direktur Divisi Kontra Intelijen FBI, Alan E Kohler Jr, dilansir Aljazirah, Selasa (18/8).
Kohler menambahkan, kasus tersebut menunjukkan, FBI akan terus bekerja keras untuk melindungi keamanan nasional dari ancaman badan intelijen China. Pengaduan pidana berlangsung di pengadilan pada Senin (17/8).
Dalam sebuah pernyataan, Agen Khusus Chris Jensen dari FBI mengatakan, Ma bergabung dengan CIA pada 1982 dan ditugaskan di luar negeri. Dia memegang izin "Sangat Rahasia". Ma diduga bekerja dengan seorang rekan konspirator yang juga bekerja untuk CIA.
Individu tersebut terdaftar dalam dokumen sebagai CC #1. Tidak ada surat perintah penangkapan yang diminta untuk individu itu, karena dia menderita penyakit kognitif yang parah. Dalam sebuah pernyataan tertulis, Ma dituding menjadi aset badan intelijen China pada 2001.
Ma bersama rekan CC #1 bertemu dengan lima pejabat intelijen China di sejumlah hotel di Hong Kong antara 24 Maret dan 26 Maret 2001. Mereka mengungkapkan sejumlah informasi pertahanan nasional AS yang sangat rahasia kepada intelijen China. Ma masih terus bekerja sama dengan intelijen China saat dia bekerja di FBI pada Agustus 2004. Ketika di FBI, Ma menjabat sebagai tenaga kontrak ahli bahasa di Honolulu.
Ma diduga melanjutkan aktivitas ilegalnya di Honolulu hingga 2010. FBI kemudian melakukan operasi penyamaran pada Januari 2019, di mana seorang petugas yang menyamar untuk badan intelijen China menunjukkan rekaman video pertemuan Ma dengan pejabat intelijen China pada 2001.
Agen yang menyamar itu terus melakukan pertemuan dengan Ma hingga Agustus 2020 dan menawarkan bayaran agar Ma tetap bekerja sama dengan intelijen China. Ma diduga menerima pembayaran tersebut. Tidak ada pengacara pembela yang terdaftar untuk Ma. Dia akan menjalani sidang untuk pertama kalinya pada Selasa (18/8).