REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza dimatikan pada Selasa. Hal itu dilakukan kurang dari sepekan setelah Israel menangguhkan pengiriman bahan bakar ke wilayah kantung di Palestina tersebut untuk membalas aksi pengiriman balon pembakar.
Gaza yang dikuasai oleh kelompok Hamas, menggantungkan sebagian besar kebutuhan energi pada pasokan dari Israel. Sebanyak dua juta penduduk Gaza saat ini terpaksa hanya mendapat aliran listrik selama enam jam saja, usai 10 jam pemangkasan.
"Aliran listrik mungkin akan dikurangi lagi menjadi hanya empat jam (per hari)," kata Mohammad Thabet, seorang pejabat perusahaan distributor listrik utama Gaza, setelah pembangkit listrik kehabisan bahan bakar.
Rumah-rumah dan tempat usaha di Gaza kemudian mengandalkan generator untuk menambah aliran listrik mereka usai pemangkasan dilakukan. Kondisi tersebut menambah pula tekanan finansial bagi masyarakat yang kebanyakan berada di bawah garis kemiskinan.
Otoritas Gaza menilai bahwa penutupan pembangkit listrik akan menyebabkan gangguan pada fasilitas vital seperti rumah sakit--yang juga dilengkapi dengan generator listrik.
Israel memutuskan untuk menghentikan pengiriman bahan bakar menyusul penerbangan puluhan balon helium yang membawa material pembakar dari Gaza dalam beberapa hari belakangan yang kemudian membakar area ladang Israel.
Dari pandangan politik, balon pembakar tersebut merupakan upaya menekan Israel agar melonggarkan blokade serta mengizinkan lebih banyak investasi dari negara Arab dan internasional. Pandangan lain menyebutkan bahwa balon-balon itu menjadi bagian dari usaha untuk membujuk Qatar agar meningkatkan bantuan tunai kepada Hamas, seiring dengan negara-negara Teluk untuk menurunkan ketegangan di perbatasan Gaza.
Mediator Mesir pada Senin (17/8) menggelar pertemuan dengan otoritas Israel dan Gaza untuk mengembalikan ketenangan pada kedua belah pihak. Israel juga merespons pengiriman balon dengan melancarkan sejumlah serangan udara melawan Hamas dan kelompok lain, dengan menyebut bahwa pihaknya tidak akan menoleransi hal itu.
Sebagai langkah antisipasi serangan Israel, Hamas secara rutin mengevakuasi para petugas di pos penjagaan luar. Ketegangan yang meningkat ini juga membuat Israel menutup satu-satunya perbatasan komersial dengan Gaza serta melarang akses di laut yang secara efektif mematikan kegiatan pemancingan komersial.