Jumat 21 Aug 2020 05:41 WIB

Program Swab Gratis untuk Spiritual Heroes Diluncurkan

Yang menjadi sasaran dari program ini adalah para kiyai, ustadz, dan santri

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
 Santri
Foto: istimewa
Santri

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- National Hospital bekerja sama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama dan Asosiasi Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (ARSINU) meluncurkan program swab gratis for spiritual heroes di Rumah Sakit Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Medika Jombang, Kamis (20/8). Yang menjadi sasaran dari program ini adalah para kiyai, ustadz, dan santri di pondok pesantren di Jombang.

"Pesantren merupakan area yang vital di Indonesia. Diharapkan dengan diluncurkannya program ini, proses screening Covid-19 di pesantren bisa berjalan baik dan proses pendidikan bisa berjalan baik," ujar CEO National Hospotal Hananiel Prakasya Widjaya di sela peluncuran.

Pada peluncuran tersebut, diserahkan pula bantuan berupa mesin tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction) dari RS National Hospital kepada RMI NU. Hananiel mengatakan, pihaknya tidak hanya menyerahkan bantuan berupa mesin tes PCR. Tapi juga alat-alat teknis, hingga reagennya. Reagennya bahkan akan terus diberikan secara gratis setiap bulannya.

"Tujuan utamanya bagaimana kita bisa memberikan dampak bagi masyarakat. Jombang menjadi daerah yang spesial di Indonesia karena dari sana muncul spiritual heroes yang mewarnai histori dari bangsa ini," ujar Hananiel.

Ketua RMI PBNU, KH. Abdul Ghofarrozin menyambut baik bantuan yang diberikan National Hospital tersebut. Dia mengungkapkan kenapa sasaran pertama adalah Jombang. Karena menurutnya, Jombang merupakan pusat pesantren. Selain itu, Jombang juga menjadi derah tempat lahirnya NU.

Menurutnya, bantuan tersebut sangat penting. Karena selama ini, akses elemen pesantren terhadap tes swab PCR Covid-19 sejauh ini sangat terbatas. "Akses pesantren terhadap tes ini sejauh ini sangat terbatas," ujar Ghofarrozin.

Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa akses pesantren terhadap tes PCR sangat terbatas. Faktor utamanya bisa jadi karena keterbatasan biaya. Bisa juga karena ada kepercayaan terkena Covid-19 adalah aib. Faktor lainnya adalah kurangnya kepercayaan terhadap hasil tes dan ketakutan akan di-Covid-kan.

Sejauh ini, berdasarkan data yang dimiliki RMI NU, ada laporan 24 kasus penularan Covid-19 di pesantren. Bahkan 7 di antaranya masuk kategori klaster. Bahkan bisa jadi itu hanya yang terdeteksi atau dilaporkan saja. Menurutnya, bisa saja yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak dari itu.

"Insya Allah hari ini diatasi. Kita bisa mempersembahkan kepada para kiyai para ustadz untuk bisa mengakses swab swcara gratis atau terjangkau," ujar Ghofarrozin. Dia mengingatkan agar semuanya berkomitmen dalam waktu program tersebut dijalankan. Tentunya dengan dukungan SDM dan tempat yang memadai.

Mesin tes PCR tersebut akan ditempatkan di RS Unipdu Medika Jombang. "Insya Allah akan memberi manfaat untuk bangsa. Bukan untuk NU saja tapi untuk bangsa Indonesia. Kami berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini, tapi berkelanjutan," ujar Ketua Umum ARSINU Zulfikar As'ad.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement