REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tahun 1441 Hijriyah telah meninggalkan kita dan berganti tahun baru 1442 Hijriyah. Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zaenuddin mengatakan, pergantian waktu, baik itu hari, pekan, bulan, hingga tahun bagian dari sunnatullah yang wajib direnungkan oleh manusia dalam mencapai kesadaran iman.
"Oleh sebab itu betapa banyak ayat yang mengingatkan bahwa dalam perputaran waktu, siang dan malam, hingga pergantian tahun itu sebagai bagian dari ayat-ayat Allah," kata KH Jeje saat menyampaikan pesan hikmnya untuk pergantian tahun baru Hijriyah, Selasa (18/8).
Sebut saja kata dia, salah satunya pada surat Al Baqarah ayat 164 dan Ali Imran 190. Ayat maknanya tanda dan tanda atau kode dan simbol untuk menunjukan sesuatu yang tersembunyi.
Jadi kata dia, dalam pertukaran waktu dan tahun itu ada sesuatu yang amat dahsyat tersembunyi. Yaitu kekuatan Ilahiyah yang menggerakan rotasi alam semesta yang intinya waktu adalah adanya perubahan alam semesta yang terus berubah dan berkembang.
"Demikian semestinya jiwa raga kita, terus berubah dan berkembang menuju kesempurnaan umur dan amal sesuai dengan takdir ajal kita masing-masing," katanya.
KH Jeje menyampaikan, di antara konsekwensi dari pergantian waktu itu adalah roda zaman jadi berputar dan mengakibatkan terkadang kita berada dibagian bawah roda zaman dan adakalanya kita berada di bagian atas roda zaman itu.
"Maka kehidupan jadi berpasangan. Siang malam, sukses dan rugi, menang dan kalah, jaya dan runtuh. Dan demikian seterusnya," katanya.
Menurutnya, perubahan tahun menjadi momen untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan kita dan apa penyebab kegagalan kita. Kelemahan dan kegagalan harus diperbaiki dan kesuksesan harus dipertahankan dan ditingkatkan.
"Evaluasi diri itulah muhasabah. Memperbaiki kesalahan dan kekurangan itulah taubat. Mempertahankan kebaikan dan kebenaran itulah istiqomah," katanyam
KH Jeje mengatkan, bahwa lima bulan terakhir di tahun 1441 H kita ditimpa musibah pandemi covid-19 yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Cobaan ini menguji umat manusia khususnya umat Islam untuk menunjukan kemampuannya dalam mewujudkan kesabaran, usaha, dan ketawakalan.
"Sekaligus mengambil pelajaran bagaimana cara mengantisipasinya jika kasus serupa terjadi di masa yang akan datang," katanya.
"Maka dari satu musibah itu dapat dua kebaikan yang tersembunyi jika kita menyikapinya dengan benar," katanya.