JENEWA -- Pembicaraan perdamaian Suriah yang terhenti akan dilanjutkan pada Senin di Jenewa yang melibatkan kedua belah pihak dalam konflik tersebut. Pembicaraan itu akan diadakan di bawah naungan Utusan Khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen, ungkap otoritas PBB pada Kamis (20/8).
Ahmad Kuzbari akan mewakili rezim Suriah dan Hadi al-Bahra mewakili pihak oposisi Komisi Negosiasi Suriah. Putaran terakhir pembicaraan tentang perdamaian Suriah batal digelar akhir November lalu karena gagal mencapai kesepakatan dalam agenda, kata Pedersen kepada wartawan di Jenewa pada saat itu.
Sehari sebelumnya, Pedersen memberikan pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB.
"Saya sangat sadar akan penderitaan mendalam rakyat Suriah yang dalam dekade ini mengalami kasus kematian, cedera, pengungsian, kehancuran, penahanan, penyiksaan, teror, penghinaan, ketidakstabilan, dan krisis dalam skala besar. Dan sekarang menghadapi Covid-19 dan keruntuhan ekonomi,” tutur dia.
Pedersen mencatat perundingan akan dipandu oleh resolusi nomor 2254 untuk penyelesaian yang dinegosiasikan untuk mengakhiri perang. Undang-undang tersebut menyerukan pembebasan mereka yang ditahan dan diculik, gencatan senjata nasional untuk mengakhiri kekerasan, dan menciptakan lingkungan yang aman, tenang, dan netral yang memungkinkan pemulangan pengungsi dengan aman, sukarela, dan bermartabat.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi dengan berbagai aksi kekerasan. Sejak itu, lebih dari 5 juta warga sipil menjadi pengungsi. Turki menampung 3,6 juta di antaranya, yang merupakan angka pengungsi terbanyak ditampung oleh satu negara di dunia.