REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN - Sebanyak 320 laboratorium pengujian spesimen Covid-19 yang beroperasi di Indonesia belum mampu mencapai target 30.000 tes spesimen per hari seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo.
"Data bulan Agustus 2020 menunjukkan dari jumlah laboratorium hanya mampu memeriksa total 28.000 spesimen per hari. Angka ini semakin meningkat setiap harinya seiring dengan semakin bertambahnya kasus Covid-19 dari hari ke hari," kata anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Muthia Elma, Jumat (28/8)
Dikatakan Muthia, penyebaran Covid-19 yang semakin cepat berkembang, menyebabkan peningkatan jumlah spesimen yang diperiksa juga semakin bertambah.
"Jika uji spesimen Covid-19 yang sebelumnya hanya berada di kisaran 1.000 spesimen. Maka jumlah ini bergerak dinamis dan cenderung terus meningkat beban pemeriksaannya oleh laboratorium," katanya.
"Pada saat ini, total akumulatif yang sudah di uji di Indonesia sejak awal bulan Maret 2020 lalu sudah menjadi sebanyak 1.414.878 spesimen untuk tes PCR. Sedangkan tes cepat molekuler sebanyak 32.705 spesimen. Sehingga jumlah totalnya 1.447.583 spesimen," papar dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik ULM itu.
Untuk itulah, kata dia, penambahan sumber daya manusia dan jam kerja petugas laboratorium juga harus dilakukan guna mencukupi pemeriksaan spesimen per harinya.
"Para sukarelawan berlatar belakang medis seperti dosen, mahasiswa dan alumni Poltekkes mutlak dikerahkan untuk ikut terlibat di dalam laboratorium daerah yang dibutuhkan. Kementerian Kesehatan diharapkan memberikan pelatihan kepada relawan tersebut agar mereka bisa membantu petugas-petugas yang sudah mulai kelelahan," ujarnya.