Senin 31 Aug 2020 14:54 WIB

Psikolog: Generasi Sandwich Rentan Stres

Banyak generasi sandwich yang mengabaikan masalah self care untuk mereka sendiri.

Generasi sandwich menjalani kehidupan terimpit antara generasi di atas dan bawahnya.
Foto: Pixnio
Generasi sandwich menjalani kehidupan terimpit antara generasi di atas dan bawahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Generasi sandwich memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga besarnya. Tak sedikit di antara mereka yang rentan terhadap masalah stres.

Generasi sandwich adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab membiayai kelangsungan hidup dan kesejahteraan anggota keluarga yang besar seperti orang tua, kakak-adik, pasangan hingga anak-anaknya. Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia, mengatakan sudah menjadi kewajiban bagi orang Asia untuk membalas budi orang tuanya dengan merawat mereka di hari tua sebagai wujud kasih sayang. 

Di saat bersamaan, generasi sandwich ini juga berkewajiban mengasuh serta memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dan diri mereka sendiri. "Karena multiperan yang mereka jalani, generasi sandwich ini rentan stres karena banyaknya tekanan, antara lain masalah keuangan, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan rumah tangga. Juga karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang harus mereka kerjakan, generasi ini jadi mengabaikan masalah self-care untuk diri mereka sendiri," kata Vera dalam peluncuran Avrist Prime Hospital Surgical, Senin (31/8).

Untuk menghindari stres dan tekanan, generasi itu harus berkomunikasi dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Selain itu, Vera juga memberikan lima prinsip utama untuk menjadi generasi sandwich yang berbahagia, berikut ini adalah penjelasannya.

Temukan waktu untuk diri sendiri. Setelah merawat orang tua dan anak-anak secara bersamaan, luangkan waktu untuk diri sendiri demi rejuvenasi energi, pikiran dan jiwa.

"Harus ada jeda di antara kerusuhan mengurusi semua, enggak usah merasa bersalah. Saat memperhatikan diri kita sendiri, ini juga untuk kepentingan orang lain," kata Vera.

Bagi beban pikiran dan masalah dengan menceritakan tantangan yang tengah dihadapi kepada para sahabat. Dukungan moral memiliki keampuhan pemulihan yang manjur.

Ia melanjutkan, seseorang harus membuat klasifikasi prioritas, mana yang penting, lebih penting, paling penting, dan darurat. Dengan adanya skala prioritas, masalah yang timbul bisa diselesaikan satu per satu.

Sesuaikan kebutuhan dengan kemampuan diri dan jangan memaksakan semua hal harus ditanggung sendiri. Sebab, hal inilah yang nantinya dapat memicu stres.

"Generasi sandwich ini ada di posisi dilematis, kalau terpaksa harus membantu ya bantu, kalau enggak bisa ya disampaikan saja. Balik ke skala prioritas mana yang penting buat saya dan keluarga," ujar Vera.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement