REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama, Fachrul Razi, menyampaikan program penceramah bersertifikat berlaku untuk semua agama.
Untuk agama Islam, tahun ini ditargetkan ada 8.200 penceramah bersertifikat. Agama-agama lain juga akan memiliki target jumlah penceramah yang bakal mengikuti program itu.
"Program ini berlaku untuk semua agama. Ada target 8.200 penceramah bersertifikat, ini untuk Islam saja. Untuk Kristen, Katolik, dan agama-agama lainnya, ada angkanya lagi. Kami mengikutsertakan majelis-majelis keagamaan, dan ormas masing-masing agama," tutur dia kepada Republika.co.id, Selasa (8/9).
Lebih lanjut, Fachrul enggan menyebut program itu memiliki kaitan langsung dengan upaya meredam ekstremisme agama. Dia menjelaskan, ekstremisme agama di Indonesia tidak bisa langsung disebut masih ada atau tidak. Namun, dia mengakui potensi ekstremisme ada di setiap agama.
"Kalau memang (ekstremisme agama) masih ada ya enggak bisa dibilang begitu. Tetapi nyatanya memang juga masih ada gerakan-gerakan seperti itu. Penceramah bersertifikat kita enggak kaitkan dengan itu," kata jenderal TNI purnawirawan bintang empat itu.
Namun, Fachrul tidak menampik program penceramah bersertifikat itu punya benang merah untuk mengeliminasi perilaku ekstrem beragama. Menurutnya, kalau seorang penceramah sudah punya wawasan kebangsaan dan ini dimaknai dengan sungguh-sungguh, setidaknya perilaku tersebut bisa tersingkir sendiri.
"Enggak kita maksudkan seperti itu. Tetapi kalau ada benang merahnya ya ada juga. Dengan punya wawasan kebangsaan ya semoga kalau ada niat ngomong sesuatu yang menyimpang dari wawasan kebangsaan ya akan tereliminasi sendiri," kata Menag, yang pernah menjabat kepala staf umum ABRI 1998-1999 itu.
Fachrul melanjutkan, perilaku ekstremisme beragama tidak selalu mengarah pada Islam. Karena itu dia memastikan program penceramah bersertifikat ini berlaku untuk semua agama. "Potensi (ekstremisme) itu kan ada di semua agama," tutur dia.
Kemudian Fachrul menceritakan soal perilaku ekstrem beragama di daerah tertentu yang menimbulkan sekat-sekat antarkelompok. Dia menyampaikan, ada kasus di mana rumah ibadah agama tertentu disegel dengan tiga gembok. Masing-masing gembok milik kelompok yang berbeda-beda.
"Ada jamaah tertentu yang rumah ibadahnya digembok satu kelompok, lalu oleh kelompok lain digembok lagi supaya kelompok yang biasa berubah di rumah ibadah itu enggak bisa masuk. Sampai seperti itu. Jadi potensi itu ada di semua agama," tutur dia.