REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memerangi jerawat adalah proses panjang yang menguras tenaga dan emosi bagi perempuan. Berdasarkan survei jenama produk kesehatan Himalaya kepada lebih dari 1.000 perempuan dengan masalah jerawat di lebih dari 10 kota besar di Indonesia, 77 persen orang pernah mengalami acne-shaming alias perundungan tentang jerawat.
Survei tersebut juga menunjukkan dampak dari masalah jerawat pada kesehatan mental. Himalaya menemukan bahwa jerawat merupakan masalah yang besar bagi banyak orang.
"Bagi pejuang jerawat, masalah ini tidak hanya memberikan rasa sakit secara fisik, namun juga secara mental," ujar Marketing Manager Himalaya APAC, Monica Joyappa.
Sebanyak 80 persen orang berjerawat menyatakan mereka mengalami masalah jerawat sebelum usia 18 tahun. Dua puluh lima persen responden bahkan mengalaminya sebelum 15 tahun, dengan 86 persen di antaranya mengalami masalah jerawat setiap bulan dan 32 persen mengalaminya setiap minggu.
Data ini menunjukkan bahwa jerawat menjadi permasalahan yang cukup mengganggu waktu orang berjerawat. Bentuk perundungan yang diterima oleh orang berjerawat bermacam-macam.
"Baik dalam bentuk nonverbal seperti gestur, tatapan, dan ekspresi wajah yang menunjukkan rasa jijik maupun perlakuan tidak menyenangkan, seperti dinyinyirin atau dibicarakan di belakang mereka," ungkap Monica saat peluncuran kampanye #AlamiLawanJerawat.
Akibat dari perundungan tersebut, sebanyak 73 persen orang berjerawat merasa tidak percaya diri, 60 persen merasa kurang menarik, dan 52 persen merasa malu. Perasaan tersebut jika berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat berpengaruh pada kesehatan mental.
"Melihat dampak acne shaming yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental pejuang jerawat, maka sudah seharusnya isu ini menjadi pembicaraan yang umum," kata Monica yang bersama Himalaya menyuarakan isu jerawat dan kesehatan mental sebagai bentuk dukungan terhadap para pejuang jerawat.