Kamis 25 Sep 2025 20:20 WIB

Siswa SD di Indramayu Di-Bully Teman Sampai Memar, Kadisdikbud: Tak Ada Pemukulan

Korban mengalami memar, demam tinggi, hingga akhirnya tidak mau pergi ke sekolah.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Karta Raharja Ucu
Bullying (ilustrasi)
Foto: Republika
Bullying (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Seorang siswa kelas IV SD Negeri di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, disebut mengalami bullying. Kasus itupun viral di media sosial.

Siswa berumur sepuluh tahun asal Kecamatan Indramayu itu sebelumnya dikabarkan mengalami memar, demam tinggi, hingga akhirnya tidak mau pergi ke sekolah. Kepada orang tuanya, anak itu mengaku di-bully temannya. 

Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Indramayu, Caridin, langsung menelusuri kejadian yang sebenarnya. Ia pun mendatangi rumah korban dan bertemu langsung dengan korban dan orang tuanya.

“Jadi anak ini ada ketakutan. Kalau bahasa anaknya di-bully ya. Jadi kami semangati dan menguatkan anak agar jangan khawatir dan tetap semangat belajar. Bapak ibu guru di sekolah pasti akan melakukan pendampingan,” kata Caridin, Kamis (25/9/2025).

Dari hasil penelusurannya, Caridin menampik siswa tersebut mengalami kekerasan fisik seperti kabar yang beredar di media sosial. Ia menjelaskan, memar yang dialami siswa tersebut sesungguhnya akibat terbentur meja saat ia sedang bermain dengan temannya.

Saat itu korban terdorong hingga mengalami luka. “Kalau pemukulan atau apa itu tidak ada,” kata Caridin.

Caridin menambahkan, orang tua korban pun bisa menerima penjelasan yang disampaikannya soal kejadian tersebut. Di sisi lain, Caridin menyayangkan sikap pihak sekolah yang kurang cepat tanggap atas kejadian tersebut. Akibatnya, timbul asumsi liar hingga akhirnya viral di media sosial.

Atas kejadian itu, Disdikbud Indramayu pun akan melakukan pengawasan lebih ketat lagi. Mereka juga menginstruksikan agar seluruh sekolah di Indramayu aktif mengawasi anak-anak selama jam sekolah masih berlangsung, termasuk saat jam istirahat.

“Saat jam istirahat, anak tidak boleh dilepas begitu saja. Guru harus memberikan pengawasan, terutama anak-anak yang punya kepribadian agresif, harus diberikan perhatian khusus,” kata Caridin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement