Kamis 10 Sep 2020 01:13 WIB

Warganet Meradang Lihat Replika Tembok Besar China

Replika Tembok Besar itu berlokasi di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Kota Nanchang.

Tembok Besar Badaling yang hampir kosong, di Beijing, Cina, 26 Maret 2020. Keberadaan tembok yang mirip dengan Tembok Besar di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Kota Nanchang, diprotes warganet China.
Foto: EPA-EFE/Roman Pilipey
Tembok Besar Badaling yang hampir kosong, di Beijing, Cina, 26 Maret 2020. Keberadaan tembok yang mirip dengan Tembok Besar di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Kota Nanchang, diprotes warganet China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Replika Tembok Besar di Taman Ekologi Xixiaguaishiling, Kota Nanchang memicu perdebatan sengit antarwarganet di China. Situs itu dibangun dengan biaya sebesar 100 juta yuan atau sekitar Rp 216,5 miliar.

Wisatawan menyebutnya sebagai "Tembok Besar Palsu". Situs tiruan di Ibu Kota Provinsi Jiangxi tersebut berupa jalan setapak yang membentang sepanjang empat kilometer di atas perbukitan dengan dilengkapi menara pengawas persis seperti aslinya di Beijing.

Baca Juga

"Membuang-buang uang saja untuk benda tiruan buruk itu. Kita sudah punya Tembok Besar," demikian komentar seorang warganet yang menamakan dirinya, Niu, Rabu.

"Berapa Tembok Besar di pelosok negeri ini yang benar-benar peninggalan purbakala? Apakah kalian tahu Tembok Besar di China itulah sejarah yang sebenarnya? Apa yang ada di Nanchang memudahkan masyarakat setempat merasakan pengalaman Tembok Besar tanpa harus meninggalkan kotanya," timpal Xiaolizi, warganet lainnya.

Beberapa warganet lainnya bahkan mengkhawatirkan pembangunan replika tersebut merusak ekologi.

"Ini akan merusak ekologi dan berdampak pada satwa liar di sekitarnya," komentar netizen Chaishenjie.

Lalu apa yang sebenarnya melatarbelakangi pembangunan "Tembok Besar Palsu" itu? Yu selaku penanggung jawab pemasaran objek wisata tersebut menjelaskan bahwa tembok besar dibangun untuk mencegah kebakaran hutan.

"Sekitar 70 persen area hutan. Untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan, kami putuskan membangun pagar pembatas kebakaran hutan itu menyerupai Tembok Besar," kata Yu dikutip media resmi setempat.

Yu menyebutkan, pembangunan "Tembok Besar Palsu" dimulai pada 2013 dan rampung pada 2018 dengan menghabiskan biaya 100 juta yuan. Pihaknya tidak pernah mempromosikan bangunan ini sebagai Tembok Besar.

"Nama itu keluar dari mulut para wisatawan. Sebagian besar wisatawan tertarik karena mereka sangat menikmatinya tanpa harus ke Beijing," ujar Yu.

Tembok Besar di Beijing selalu dipadati pengunjung. Sebagian besar pengunjung pun merasa kurang nyaman menyusuri peninggalan bersejarah tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement