Jumat 11 Sep 2020 11:37 WIB

Pasien Asimptomatik tak Punya Antibodi Corona Jangka Panjang

Sekitar 80 persen orang yang dites positif Covid-19 asimptomatik atau gejala ringan.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Pandangan aula restoran yang diubah menjadi klinik di mana petugas medis membantu pasien yang dicurigai memiliki virus corona di Bishkek, Kirgistan, Rabu, 22 Juli 2020. Penelitian mengungkap bahwa pasien Covid-19 asimptomatik dan gejala ringan tidak memiliki antibodi virus corona untuk jangka panjang.
Foto: AP/Vladimir Voronin
Pandangan aula restoran yang diubah menjadi klinik di mana petugas medis membantu pasien yang dicurigai memiliki virus corona di Bishkek, Kirgistan, Rabu, 22 Juli 2020. Penelitian mengungkap bahwa pasien Covid-19 asimptomatik dan gejala ringan tidak memiliki antibodi virus corona untuk jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, CHONGQING -- Penelitian terbaru yang dikerjakan ilmuwan militer China menemukan bahwa pasien Covid-19 asimptomatik dan gejala ringan tidak memiliki antibodi virus corona Sars-Cov-2 untuk jangka panjang. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran munculnya gelombang pasien Covid-19 yang lebih besar.

Tim peneliti yang dipimpin Dr Ye Lilin dari Institute of Immunology of Army Medical University di Chongqing, China, itu menemukan bahwa sel kekebalan memori terhadap virus SARS-Cov-2 hanya ditemukan pada pasien Covid-19 yang telah pulih dari kondisi parah atau sedang.

Baca Juga

Dilansir South China Morning Post, Kamis (10/9), sekitar 80 persen orang yang dites positif Covid-19 memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Komunitas ilmiah pun kini mengkhawatirkan kemungkinan mereka terinfeksi kembali dan menimbulkan gelombang baru yang lebih besar. Sejauh ini, kasus terinfeksi virus corona sebanyak dua kali telah ditemukan di sejumlah negara.

Penemuan baru ini "akan meletakkan dasar untuk merancang vaksin yang efektif secara rasional"," kata Ye dan rekannya dalam makalah non-peer-review yang diunggah di medrxiv.org pada Senin (7/9).