Sabtu 12 Sep 2020 19:23 WIB

Hikmah Pandemi dalam Batik Motif Corona

Pengusaha batik dengan motif Corona ini berkolaborasi dengan penyandang disabilitas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Batik motif Corona yang diproduksi oleh Batik Mahkota Laweyan, Solo.
Foto: dok. Batik Mahkota Laweyan
Batik motif Corona yang diproduksi oleh Batik Mahkota Laweyan, Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 membawa dampak terhadap sektor industri tak terkecuali industri batik. Kerajinan batik tulis di wilayah Laweyan, Solo, Jawa Tengah, juga menjadi salah satu yang terdampak.

Demi bertahan di tengah situasi pandemi, para pengusaha batik menggali ide-ide dan gagasan kreatif. Salah satu ide yang muncul, yakni pembuatan batik motif Corona yang dilakukan oleh Batik Mahkota Laweyan.

Baca Juga

Pemilik Batik Mahkota Laweyan, Alpha Febela Priyatmono, mengatakan, latar belakang pembuatan batik motif Corona dikarenakan pandemi yang terjadi sudah berbulan-bulan telah memukul industri batik. Pandemi juga menyebabkan sebagian pekerja bekerja dari rumah dan para pelajar belajar di rumah sehingga memiliki waktu berkumpul bersama keluarga.

Pada awal pandemi, Batik Mahkota Laweyan kedatangan sejumlah kaum disabilitas wicara dan disabilitas rungu yang terkena PKH akibat pandemi. Sehingga tercetus ide mendirikan Batik Toeli, dimana para perajin batiknya merupakan kaum disabilitas tersebut.

Dengan banyaknya waktu berkumpul dan berdiskusi, muncullah ide membuat batik dengan motif Corona. "Kami menggambarkan adanya bulatan-bulatan kecil dilingkari bulatan-bulatan besar, ini menunjukkan anggota keluarga yang terkurung di rumah. Hikmahnya kita dalam kondisi terkurung bisa meningkatkan silaturahim dan bertukar pikiran, muncul ide-ide baru, karena kita harus survive," jelas Alpha saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (11/9).

Alpha menyatakan, batik itu motif apapun yang dibuat harus mempunyai makna. Makna batik motif Corona muncul dari kondisi pandemi Covid-19. Awalnya, motif batik Corona hanya lingkaran-lingkaran kecil yang dilingkari bulatan-bulatan besar. Kemudian, dilakukan pengembangan motif dengan penambahan motif-motif batik seperti sidoluhur, sidomukti, dan lainnya dengan filosofi masing-masing. Sampai saat ini, sudah ada tiga motif batik Corona.

"Motif tersebut melambangkan dalam suatu keluarga atau wilayah yang terisolasi bisa komunikasi dan melahirkan ide gagasan baru. Dengan kondisi yang ada, kalau terus semangat bisa lebih mulia, lebih makmur," imbuhnya.

Dalam pembuatan batik motif Corona tersebut, Batik Mahkota berkolaborasi dengan kaum disabilitas. Dimana para disabilitas yang menggambar motif, kemudian karyawan Alpha yang membantik dengan canting.

Terkait tanggapan pasar terhadap batik motif Corona, Alpha menyebut cukup bagus. Apalagi, batik tersebut diproduksi secara batik tulis dengan canting sehingga memiliki nilai lebih dibandingkan batik cap maupun batik printing.

"Kami bikinnya batik tulis, sehingga belum bisa produksi banyak. Tetapi respons pasar bagus. Pelan-pelan kami masih produksi sampai sekarang," ucap Alpha yang juga menjadi Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FPKBL) tersebut.

Selain dari Solo, Alpha juga mendapat pesanan batik motif Corona dari daerah lain seperti Jakarta. Batik motif Corona dijual dengan harga standar batik tulis. Ke depan, batik motif Corona tersebut masih akan dikembangkan dengan modifikasi motif lainnya.

Di sisi lain, menyiasati lesunya industri batik di masa pandemi, Alpha membuat strategi mengalihkan produksi dengan produk-produk yang dipakai sehari-hari. Misalnya, masker, sajadah, baju koko, dan produk lainnya. "Yang kami produksi masker yang dibatik dengan permintaan khusus, satu masker satu motif. Justu sampai ada orang pesan dan dibawa ke luar negeri," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement