REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, mencatat 21 orang masih menjalani perawatan di beberapa rumah sakit di daerah itu karena demam berdarah dengue (DBD). Dinkes Kota Tasikmalaya juga mencatat sejak awal 2020 hingga saat ini, 20 orang di daerah setempat meninggal dunia karena DBD.
"Saat ini sudah mulai tertangani dengan baik dan tinggal menyisakan pasien yang masih dirawat sebanyak 21 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat di Tasikmalaya, Ahad (13/9).
Ia menuturkan, berdasarkan laporan di lapangan, total kasus DBD sudah mencapai 1.214 kasus. Petugas di lapangan, kata dia, terus berusaha menekan angka kasus DBD dengan melakukan berbagai cara, hingga akhirnya tersisa masih dirawat 21 orang.
Kasus DBD pada 2020 di daerah setempat mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2018 tercatat 223 kasus dengan dua angka kematian, pada 2019 tercatat 672 kasus dengan lima angka kematian, sedangkan hingga September 2020 lebih dari 1.200 kasus dengan 20 angka kematian.
"Memang kasus tahun ini meningkat dua kali lipat dari tahun lalu," kata Uus.
Ia mengatakan, DBD sebagian besar menyerang anak usia 15 tahun ke bawah, dengan daerah yang cukup tinggi Kecamatan Kawalu 197 kasus, Mangkubumi 168 kasus, Bungursari 132 kasus, Cihideung 129 kasus, Tamansari 126 kasus, dan Cipedes 126 kasus.
"Kasus terbanyak di kawasan kota, karena semakin padat penduduk tingkat sebaran semakin tinggi," katanya.
Jajarannya sudah melakukan antisipasi dengan melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan gerakan mencegah DBD. Selain itu, lanjut dia, kader binaan Dinkes Kota Tasikmalaya disebar untuk mengampanyekan gerakan bersih lingkungan dengan memberantas setiap tempat yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk DBD.
"Kita aktifkan kader sampai ke rumah untuk menerapkan 3M, tidak hanya mengandalkan 'fogging' (pengasapan)," katanya