REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Asia Timur dan Pasifik David R. Stilwell mengatakan Washington tidak pernah memaksakan keberpihakan terutama dalam isu Laut Cina Selatan. Ia mengatakan AS menghargai sikap negara-negara Asia Tenggara menolak untuk berpihak dalam isu ini.
Hal ini ia sampaikan dalam menanggapi pertanyaan mengenai pertemuan antara Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan China Wang Fei pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut Prabowo mengungkapkan akan memperkuat kerja sama pertahanan dengan China.
"Dalam isu yang lebih luas kami kerap mendengar dari mitra ASEAN kami dan yang lainnya untuk 'jangan paksa kami memilih', dan AS, saya pikir, tidak pernah memaksa untuk memilih," kata Stilwell dalam telekonferensi, Rabu (15/9)
"Biar bagaimana pun kami mendorong negara diizinkan untuk memilih kedaulatan mereka sendiri, dengan cara yang yang mereka anggap sesuai," kata .
Namun Stilwell memperingatkan rekam jejak China baik di Laut Cina Selatan maupun dalam isu atau kawasan lain. "Cina memaksakan keberpihakan," kata Stilwell.
Dalam kesempatan ini Stilwell menceritakan mengenai temannya dari Singapura yang ditanya apakah Singapura 'pro-Beijing atau pro-Washington'? Teman Stilwell menjawab 'saya pro-Singapura dan saya membuat keputusan untuk Pemerintah Singapura'.
"Dan pemerintah Indonesia akan membuat keputusan yang mendukung kepentingan kedaulatan, kehendak rakyat dan hal-hal lainnya," kata Stilwell.
Stilwell mengatakan bila kerja sama Indonesia-China membawa stabilitas di kawasan dan menghasilkan sesuatu yang positif bagi mitra-mitra ASEAN dan Indonesia, maka AS tidak akan keberatan. Tapi Stilwell menegaskan hingga saat ini rekam jejak Beijing tidak begitu baik.
"Kami dapat memberi Anda begitu banyak contoh di mana keputusan berdaulat tidak dihormati, Vietnam salah satu contoh yang bagus," tambahnya.