Selasa 15 Sep 2020 23:29 WIB

Transportasi Laut Terkontraksi 17,48 Persen Akibat Covid-19

Secara keseluruhan sektor transportasi terkontraksi minus 30 persen

Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Munggiyango Hulalo bersiap melakukan pelayaran perdana di Pelabuhan Penyeberangan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur.  Sektor transportasi laut terkontraksi 17,48 persen dari sisi angkutan dan pergudangan pada Kuartal II 2020 akibat pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/SENO
Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Munggiyango Hulalo bersiap melakukan pelayaran perdana di Pelabuhan Penyeberangan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur. Sektor transportasi laut terkontraksi 17,48 persen dari sisi angkutan dan pergudangan pada Kuartal II 2020 akibat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor transportasi laut terkontraksi 17,48 persen dari sisi angkutan dan pergudangan pada Kuartal II 2020 akibat pandemi COVID-19.

“Secara keseluruhan, sektor transportasi terkontraksi minus 30,48 persen di Kuartal II 2020 year on year dibandingkan tahun lalu,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Capt Antoni Arif Priadi dalam diskusi virtual di Jakarta, Selasa (15/9).

Antoni menuturkan terjadinya kontraksi juga dipengaruhi fenomena imbauan pemerintah dalam penerapan kerja dari rumahdan pembelajaran jarak jauhsebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran COVID-19.

Kemudian, kebijakan pemerintah untuk penerapan larangan mudik Idul Fitri 1441 Hijriah dan penurunan aktivitas kargo pada masa pandemi COVID-19. “Dampak COVID-19 saat ini dirasakan merata hampir pada seluruh sektor angkutan laut,” katanya.

Pertama turunnya pendapatan 75-100 persen untuk kapal penumpang dan roro akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berarti penutupan aktivitas pelabuhan/terminal penumpang.

Kedua, turunnya pendapatan dan muatan sebesar 25-50 persen untuk sektor barang kontainer, curah kering, tanker, tug and barge,offshoredan kapal khusus.

Ketiga, terganggunya arus kas akibat pada shipper atau pemilik barang mengalami kesulitan keuangan, khususnya pada barang kontainer, curah kering dan tug and barge.

Namun, Antoni mengatakan pihaknya tetap memastikan arus logistik terutama melalui program tol laut tetap berjalan karena dinilai berdampak pada penurunan tingkat harga barang kebutuhan pokok dengan variasi 3,1 persen hingga 3,8 persen.

Ia menuturkan berdasarkan data Kementerian Perdagangan program Tol Laut berdampak pada penurunan disparitas harga barang kebutuhan pokok antara kawasan Barat dan Timur Indonesia antara 14,1 persen hingga 17,3 persen.

“Program tol laut menguntungkan bagi kegiatan perdagangan sebagian besar komoditas pangan strategis, terutama ikan segar, cabai dan bawang,” ujarnya. Selain itu, lanjut dia, tol laut telah memberikan dampak positif terhadap penurunan biaya logistik end to end sebesar 5,5 persen rata-rata nasional. 

Ditambah dengan biaya logistik jalur darat, khususnya di Timur Indonesia masih menjadi hambatan dalam upaya menurunkan biaya logistik pendistribusian barang kebutuhan pokok. Saat ini sudah ada 26 trayek tol laut dengan 26 kapal, 100 pelabuhan singgah di 70 kabupaten kota dan 20 provinsi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement