REPUBLIKA.CO.ID, TEGUCIGALPA -- Honduras akan memindahkan kedutaan besarnya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada akhir 2020. Hal ini dinyatakan oleh Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Untuk memperkuat aliansi strategis kami, kami berbicara untuk mengatur pembukaan kedutaan besar masing-masing di Tegucigalpa dan Yerusalem. Kami berharap dapat mengambil langkah bersejarah ini pada akhir tahun," ujar Hernandez dalam cicitannya di Twitter.
Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu juga mengutarakan akan membuka dan meresmikan kedutaan besar Israel di Honduras sebelum akhir tahun. Saat ini Israel tidak memiliki kedutaan besar di Honduras, namun membuka kantor diplomatik di negara tersebut pada bulan lalu.
Hingga saat ini hanya dua negara di benua Amerika yang membuka kedutaan besar di Israel yakni Amerika Serikat (AS) dan Guatemala. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan Netanyahu mengatakan Kosovo dan Serbia juga akan membuka kedutaan besar di Israel.
Status Yerusalem telah menjadi salah satu masalah paling rumit dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Palestina menginginkan Yerusalem Timur, yang direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967, sebagai ibu kota negara masa depan. Sementara Israel menganggap semua kota, termasuk sektor timur yang dianeksasi setelah perang 1967, sebagai ibu kotanya.
Pada Selasa (15/9) lalu, Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain resmi menandatangani hubungan yang lebih formal dengan Israel. Seremoni penandatanganan itu dilangsungkan di Gedung Putih dan disaksikan oleh Presiden Trump.
Kesepakatan normalisasi hubungan antara negara Teluk dengan Israel mendapatkan kecaman dari Palestina. Para pemimpin Palestina menyebut UEA dan Bahrain telah melakukan pengkhianatan atas perjuangan rakyat Palestina untuk menjadi sebuah negara yang merdeka dan terbebas dari belenggu blokade Zionis.