Rabu 23 Sep 2020 04:53 WIB

Gestur Berlutut Sebelum Bertanding Dinilai Masih Relevan

Gestur berlutut dianggap hanya seremoni belaka.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Gilang Akbar Prambadi
 Yussuf Poulsen dari Denmark dan para pemain dari tim Inggris berlutut di hadapan pertandingan sepak bola UEFA Nations League antara Denmark dan Inggris di Parken Stadium di Kopenhagen, Denmark, 08 September 2020.
Foto: EPA-EFE/Liselotte Sabroe
Yussuf Poulsen dari Denmark dan para pemain dari tim Inggris berlutut di hadapan pertandingan sepak bola UEFA Nations League antara Denmark dan Inggris di Parken Stadium di Kopenhagen, Denmark, 08 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pundit sepak bola untuk Sky Sports, Micah Richards mengkritik argumen Direktur Queen's Park Rangers, Les Ferdinand yang mempertanyakan makna gestur berlutut sebelum bertanding.

Gestur tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap kulit hitam gerakan 'Black Lives Matter' (BLM). Sikap ini semakin populer setelah warga negara AS, George Floyd dibunuh polisi setempat. 

Richards justru berbalik mempertanyakan sikap Ferdinand yang menolak melakukan gestur tersebut ketika QPR berhadapan dengan Coventry, Jumat lalu. Ferdinand menyayangkan gestur berlutut sudah lepas dari konteks dan hanya dilakukan sebagai seremoni belaka.

"(Les Ferdinand) punya argumentasi yang kuat. Saya pernah mendengar pernyataanya tentang isu-isu rasialisme, opininya bagus," kata Richards seperti dilansir Sky Sports, Selasa (22/9). 

"Tapi, ini sulit. Dia mungkin punya opini dan saya menghargainya. Tapi di saat yang sama Liga Primer Inggris adalah salah satu yang terbaik di dunia," ujar dia. 

Menurut Richards, gestur berlutut masih penting bagi orang-orang yang belum memahami arti sikap tersebut. Sebab jika melakukannya, kata dia, orang lain akan bertanya makna dibalik sikap tersebut. 

"Tentu, kita butuh aksi yang lebih nyata. Jika dia meminta kita begitu, saya setuju. Tapi, (rasialisme) ini adalah hal yang sudah terjadi selama ratusan tahun dan belum ada perbaikan yang signifikan," ucapnya.  

Di satu sisi, Richards tidak menafikan kulit hitam sudah mulai berdiri di tempat yang sama dengan ras kulit lain. Ia berharap, dukungan terhadap BLM tidak hanya bersifat seremoni, tapi juga disertakan dengan aksi yang lebih nyata. 

"Ya, saya setuju kita butuh aksi nyata. Tapi saat ini, ketika berlutut dan mengubah pola pikir satu orang saja, itu adalah hal yang benar," kata dia. 

"Sampai kapan kita harus melakukannya? Sampai semua orang setuju," ucap mantan pemaim Manchester City dan timnas Inggris ini. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement