Kamis 24 Sep 2020 00:05 WIB

Ingin ke Dokter Gigi di Masa Pandemi? Perhatikan Hal Ini

Masih ada pendapat bertentangan terkait keamanan pergi ke dokter gigi selama pandemi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Masih ada pendapat bertentangan terkait keamanan pergi ke dokter gigi selama pandemi (Foto: ilustrasi pemeriksaan gigi)
Foto: Health
Masih ada pendapat bertentangan terkait keamanan pergi ke dokter gigi selama pandemi (Foto: ilustrasi pemeriksaan gigi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengecekan kesehatan mulut secara berkala ke dokter gigi adalah hal yang sangat penting, namun rutinitas tersebut kini terkendala pandemi Covid-19. Masih ada pendapat yang bertentangan mengenai keamanan pergi ke dokter gigi saat corona masih melanda.

Agustus silam, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis rekomendasi agar masyarakat menunda kunjungan ke dokter gigi selama pandemi. Periksa ke dokter gigi disarankan hanya untuk prosedur yang benar-benar penting, seperti infeksi, nyeri, atau kondisi darurat.

Baca Juga

Untuk kasus di luar itu, lebih disarankan melakukan konsultasi jarak jauh, apalagi jika masih ragu untuk pergi ke dokter. Menurut WHO, kunjungan ke dokter gigi dapat memantik risiko lebih besar untuk tertular Covid-19, baik bagi pasien maupun tenaga medis.

Sudah diketahui bahwa penularan Covid-19 berasal dari tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika batuk, bersin, dan berbicara. Sementara, dokter gigi memeriksa mulut secara langsung dan berada dalam jarak kontak yang sangat dekat dengan pasien.

Tentunya, pasien yang mulutnya diperiksa tidak memakai masker sehingga rentan terhadap penularan dari sekitar. Selain itu, corona dapat menyebar melalui transmisi aerosol, dan banyak prosedur gigi umum seperti pembersihan gigi menghasilkan aerosol.

Dengan deretan risiko tersebut, WHO menyarankan tidak mengambil risiko dengan cara menunda dulu ke dokter gigi. Sebagai respons, Asosiasi Dokter Gigi Amerika (ADA) mengeluarkan pernyataan resmi yang sangat tidak sepakat dengan anjuran tersebut.

photo
Seorang dokter gigi mengenakan alat pelindung diri (APD) sebelum memeriksa pasiennya di salah satu klinik di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/5/2020) - (Antara/Zabur Karuru)

Presiden ADA, Chad P Gehani, menyebutkan pentingnya pergi ke dokter gigi. "Perawatan kesehatan ini penting karena perannya dalam mengevaluasi, mendiagnosis, mencegah, dan mengobati penyakit mulut yang dapat memengaruhi kesehatan sistemik," kata dia.

Dokter gigi Heather Kunen, salah satu pendiri layanan kesehatan gigi Beam Street, menyarankan jalan tengah. Setiap orang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi masing-masing untuk mengambil keputusan akan berkunjung ke tempat praktik atau tidak.

"Keamanan mengunjungi dokter gigi saat ini sangat relatif, tergantung aturan spesifik tiap daerah dan keputusan individu. Untuk lokasi dengan jumlah kasus Covid-19 yang tinggi, saran saya pergi ke dokter gigi hanya untuk kasus darurat," tutur Kunen.

Untuk wilayah dengan kasus corona yang telah mereda, kondisinya lebih aman untuk pemeriksaan rutin. Ini tidak berlaku jika pasien ada dalam kelompok berisiko tinggi seperti punya riwayat medis tertentu atau berusia di atas 65 tahun.

Bagi pasien yang tidak masuk dalam kelompok berisiko, sebaiknya memastikan dulu apakah klinik atau dokter gigi menerapkan protokol kesehatan ketat. Alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, dan pelindung wajah wajib dikenakan dokter saat memeriksa pasien.

Pasien yang berkunjung ke dokter gigi juga mungkin harus menjawab pertanyaan umum tentang kesehatan, seperti keterangan terkini tentang kontak dengan orang yang mungkin terinfeksi virus. Saat tiba di tempat pemeriksaan, pasien pun menjalani pengecekan suhu terlebih dahulu.

Kunen yakin, klinik dan dokter gigi juga menambah langkah keamanan dan memperketat prosedur kesehatan. "Kantor saya memasang sistem penyaringan udara baru, penghalang ekstra di antara kursi gigi, pemakaian APD, dan membatasi jumlah pasien yang ditangani pada satu waktu," tutur Kunen.

 

Pada akhirnya, keputusan pergi ke dokter gigi atau tidak di masa pandemi merupakan pilihan pribadi. Tindakan yang paling tepat semestinya diambil setelah mengetahui potensi risiko, mempertimbangkan tingkat kenyamanan, dan mengetahui situasi terbaik.

"Saya menyarankan pasien yang masih sangat khawatir tertular virus untuk menunggu sampai kondisinya membaik atau sampai kita semua memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Covid-19," ungkapnya, dikutip dari laman CNet, Rabu (24/9).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement