REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — China memiliki pesawat luar angkasa yang beroperasi di sisi terdekat dan terjauh Bulan. Misi Chang’e yang mencakup pendarat dan penjelajah kecil ditempatkan di Mare Imbrium pada Desember 2013.
China menjadi negara ketiga yang berhasil mendarat dengan aman di benda ruang angkasa ini. Setelah 31 bulan di permukaan Bulan, misi masih beroperasi, bahkan lebih dari 2.400 hari setelah pendaratan dilakukan.
Lunar Ultraviolet Telescope, menjadi salah satu teleskop yang masih berfungsi, dikelola oleh National Astronomical Observatories di Ibu Kota Beijing, Cina.
Instrumen secara otomatis telah memantau bintang variabel dan bahkan mengembalikan gambar Pinwheel Galaxy (M101) dari bulan. Radio amatir telah mengkonfirmasi aktivitas Chang'e 3 dengan berkala menerima sinyal dari pendarat.
Pesawat ruang angkasa bertenaga surya beroperasi selama siang hari di bulan (yang berlangsung sekitar 14 hari Bumi) dan berkomunikasi melalui X dan S-band dengan stasiun darat di China, tepatnya di Kashi di wilayah barat laut dan dan Jiamusi di timur laut. Pendarat tetap dalam kondisi hangat selama malam bulan yang sangat dingin dengan unit pemanas radioisotop.
Penjelajah bulan, bernama Yutu atau yang diterjemahkan sebagai Kelinci Giok, kehilangan kemampuan untuk menjelajahi bulan pada Januari 2014 saat mendekati akhir hari bulan kedua misi setelah melakukan perjalanan total 377 kaki (114 meter) melintasi permukaan bulan.
Saat itu, kantor berita Cina, Xinhua melaporkan bahwa Yutu telah mengalami kelainan kontrol mekanis yang disebabkan oleh lingkungan permukaan bulan yang rumit.
Misi Yutu dirancang hanya untuk tiga bulan, tetapi terus berfungsi saat tidak bergerak hingga pertengahan 2016. Selama misinya, Yutu mencetak rekor baru untuk beroperasi di permukaan bulan lebih lama daripada penjelajah bulan lainnya.
Yutu terus memberikan kontribusi lama setelah kematiannya. Banyak hasil sains baru yang masih berasal dari data yang dikumpulkan oleh penjelajah tersebut.
Para peneliti dari China University of Geosciences dan institut lainnya baru-baru ini menemukan bukti tiga lapisan basal yang relatif muda, atau batuan vulkanik, di lokasi pendaratan Chang'e 3 dan menerbitkan temuan mereka pada 17 Agustus di jurnal Geophysical Research Letters.
Studi sebelumnya menunjukkan wilayah tersebut terbentuk dari aliran lahar tunggal yang tebal. Penemuan ini didasarkan pada data dari radar penembus tanah Yutu, yang mengambil sinyal yang dipantulkan dari pulsa elektromagnetik untuk memberikan wawasan ke dalam permukaan bulan.
Sementara itu, di sisi jauh bulan, misi Chang'e 4 China - penerus Chang'e 3 - memasuki hari lunar ke-22, yang dimulai pada 10 September. Seperti Chang'e 3, misi Chang'e 4 mencakup pendarat dan penjelajah bernama Yutu 2.
Setelah tertidur sepanjang malam bulan, tanpa sinar matahari untuk menyalakan panel surya, penjelajah bangun dan melanjutkan aktivitas pada 10 September, sekitar pukul 23.54 dengan pendarat mengikuti pada pukul 17.15.
Yutu 2, yang telah meluncur sejauh 1.704 kaki (519,29 m) melintasi kawah Von Kármán yang luas, akan melanjutkan perjalanannya ke barat laut pendarat ke arah wilayah basalt yang menarik bagi para ilmuwan. Chang'e 4 awalnya diproduksi sebagai cadangan untuk Chang'e 3, hingga melakukan pendaratan lunak pertama di sisi jauh bulan pada Januari 2019.
Sebuah tim dari Aerospace Information Research Institute of Chinese Academy of Sciences telah menentukan usia kawah Finsen di dekatnya sekitar 3,5 miliar tahun. Tim menggunakan data pemetaan digital dari Chang'e 2, sebuah wahana satelit yang mengorbit bulan selama delapan bulan pada 2010-2011 untuk menghitung kawah dan pembacaan radar yang menembus tanah yang diambil oleh Yutu 2 untuk menganalisis pertumbuhan regolith di kawah Von Kármán, guna menghitung usianya.