REPUBLIKA.CO.ID,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي
'Dan ingatlah , ketika Ibrahim berkata, 'Ya TuhanKu, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia. Barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku."
Doa Nabi Ibrahim bukan sekadar untuk Ismail. Anak lelaki yang dirindu-rindukannya ketika dia sudah memasuki masa tua. Anak yang lahir dari rahim Siti Hajar ini harus ditinggalkannya di daerah tandus.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan, kelompok ayat ini mengisahkan tentang Nabi Ibrahim dalam garis keturunannya lewat Ismail, berbeda dengan ayat sebelumnya yang mengisahkan tentang kelompok Nabi Musa AS bersama Bani Israilmeski Ibrahim masih keturunan Bani Israil.
Ketika itu, Nabi Ibrahim memohon keamanan untuk Kota Makkah, tempat anak dan istrinya tinggal. Dia pun meminta kesejahteraan penduduknya dan keterhindaran dari penyembahan berhala.
Doa Nabi Ibrahim untuk menjadikan Kota Makkah dan sekitarnya sebagai kota yang aman adalah doa untuk menjadikan keamanan tersebut berkesinambungan. Meski demikian, permohonan itu bersifat aman takwiny atau keamanan yang tercipta atas dasar penciptaan keamanan.
Tidak heran karena manusia sejak dahulu memang menghormati Kota Makkah baik didorong karena ketaatan beragama maupun adat kebiasaan yang berlaku pada penduduknya.
Ayat ini bukan sekadar menganjurkan agar bedoa untuk keamanan dan kesejahteraan Makkah, melainkan juga mengandung isyarat tentang perlunya setiap Muslim berdoa untuk keselamatan dan keamanan wilayah tempat tinggalnya. Tujuannya agar kesejahteraan atau rezekinya melimpah.
Usai memohon rasa aman, Ibrahim lantas memohon agar ia dan anak keturunannya dijauhkan dari menyembah berhala. Sayid Quthb dalam Fi Zhilalil Quran menjelaskan, doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah.
Nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliahan syirik kepada cahaya beriman bertauhid kepada Allah. Maka, keluarlah hati itu dari kebingunan, kebimbangan dan kesesatan kepada pengetahuan, ketenangan, stabilitas, dan ketenteraman.
Hati itu pun keluar dari tunduknya kepada berbagai tuhan. Hati lantas beralih kepada totalitas menunduk, manut kepada Tuhan semua hamba. Itu yang dimohonkan ibrahim kepada Tuhannya untuk mendapatkan penjagaan-Nya.
Pada masanya, Ibrahim memang menyaksikan betapa penyembahan berhaladalam arti sebenarnya terjadi. Ayahnya sendiri, Azhar pun pembuat berhala. Dia lantas meninggalkan tempat tinggalnya di Urnegeri orang-orang Keldania untuk menghindari penyembahan berhala.
Namun, Nabi Ibrahim menyaksikan hal serupa di Mesir dan Palestina. Dia lantas membawa istri dan anaknya hijrah ke Jazirah Arab. Di sana, dia menemukan orang-orang yang masih hidup dengan sangat bersahaja. Mereka berpindah tempat tinggal (nomaden). Di sanalah dia menempat kan istri dan anaknya untuk mengajarkan tauhid.