Ahad 27 Sep 2020 23:43 WIB

Kepedulian Sosial Genksi IPB University di Masa Pandemi

Alumni IPB angkatan 14 (Genksi) gelar webinar tentang sehat di masa pandemi.

Alumni IPB angkatan 14 (Genksi) gelar webinar tentang sehat di masa pandemi.
Foto: Dok IPB University
Alumni IPB angkatan 14 (Genksi) gelar webinar tentang sehat di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Generasi Kreasi, Seni dan Intelektual (Genksi), sebutan untuk alumni IPB University angkatan 14 (tahun masuk 1977) secara khusus menggelar webinar dengan topik tetap sehat di masa pandemi Covid-19, Ahad  (27/9). Gelaran webinar ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang kompeten dalam menyikapi dan menghadapi pandemi Covid-19. 

Ruri Sarasono, ketua Pelaksana, menyebutkan kegiatan webinar ini merupakan rangknuaian gerakan Genksi Peduli terhadap kondisi alumni maupun masyarakat secara umum. “Bulan Desember 2019 lalu, Presiden Genksi, Azhar Lubis, membentuk gerakan Genksi Peduli dengan tujuan utama membantu meringankan beban antarsesama alumni Angkatan 14 IPB University serta pasangan hidupnya. Sementara, webinar ini digelar sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap kondisi saat ini akibat pandemi Covid-19,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Pandemi Covid-19, lanjutnya, seperti diketahui bersama, telah memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan ekonomi secara global. Oleh karena itu, digelarnya webinar ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian peserta webinar untuk meningkatkan ketahanan tubuh, juga bisa turut mengedukasi masyarakat luas, dan tentunya mempererat silaturahim baik antarsesama alumni, maupun dengan sesama masyarakat yang peduli terhadap masalah pandemi saat ini. 

Kegiatan webinar mengundang narasumber tiga alumni IPB University Angkatan 14 yaitu Prof Dr drh Chairul Anwar Nidom, MS, Kamaludin Zarkasie, DVM, PhD dan Dr Ir Hari Witono. Webinar juga menghadirkan dokter ahli paru-paru, dr Kasum Supriadi, SpP.

Prof Khairul Anwar Nidom saat ini menjadi Guru Besar bidang Biokimia dan Bioterorisme, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Prof Khairul menjadi bagian dari tim Peneliti Penyakit Unggas Nasional. Tim penelitian itu dibentuk untuk mencari tahu mengapa angka kematian unggas di Indonesia jumlahnya bisa sampai tidak terkontrol. Dari penelitiannya diketahui bahwa penyebab kematian unggas di Indonesia adalah jenis virus flu burung yang berasal dari Guangdong, China. Penemuan itu membuat namanya dikenal publik, bahkan sampai di tataran dunia. 

Kini namanya kembali hadir ke permukaan setelah dikabarkan menemukan penangkal virus Corona. Guru besar Biokimia dan Biologi Molekuler Unair itu menemukan penangkal virus Corona atau Covid-19 dari curcuma atau sari rempah-rempah.

Dalam pemaparannya, alumnus IPB University penemu virus flu burung (H5N1), ini menjelaskan bahwa senyawa curcumin dapat merangsang peningkatan daya tahan tubuh.  “Senyawa curcumin ini menstimulan tubuh untuk meningkatkan daya tahannya dari dalam. Dengan demikian, sel-sel imunitas dalam tubuh dapat menjaga kesehatan tubuh kita,” jelasnya. Kemampuan senyawa curcumin dalam meningkatkan daya tahan tubuh tersebut perlu diperkuat dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga.

Oleh sebab itu, dr Kasum Supriadi menjelaskan, olahraga yang efektif dapat dilakukan sebanyak 150 menit per minggu. “Pembagiannya dapat dilakukan misalnya 30 menit per hari selama 5 hari dalam seminggu. Latihan yang dianjurkan adalah latihan aerobik seperti jalan cepat, bersepeda dan naik turun tangga. Tepat atau tidaknya latihan aerobik yang dilakukan dapat dinilai dari adanya peningkatan denyut jantung dan kondisi tubuh yang berkeringat,” terang dr Kasum. 

Sementara itu, Kamaluddin Zarkasie, keluarga dekat dari Pejuang Nasional KH  Ahmad Sanusi, adalah salah satu ahli virus yang dimiliki Indonesia saat ini. Selama di IPB Shigeta Animal Pharmaceuticals, Kamal bersama rekan-rekannya membuat vaksin reverse genetic. Sebuah teknologi yang mampu mengubah bagian patogen dari virus H5N1 sehingga virus yang dihasilkan menjadi nonpatogenik.

Menurutnya hal tersebut sangat efektif untuk mengatasi masalah yang ada di peternakan unggas. Pengalamannya selama puluhan tahun dalam meneliti virus membuatnya menjadi salah satu ahli virus yang namanya familiar bagi para peneliti bidang kesehatan di Tanah Air.  

Tidak hanya Tiongkok, Amerika serikat, Rusia, Perancis, Jepang atau Jerman saja yang tengah mencari obat atau vaksin penangkal Covid-19, Indonesia pun menurut Kamaluddin memiliki Immunoglobulin Y (IgY) yang diklaim merupakan kandidat yang sangat baik untuk membuat antiserum untuk pengobatan Covid-19.

Dan sebagai pelatih Bio Energy Power (BEP), Dr Hari Winoto meyakini bahwa BEP dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan meningkatkan metabolisme/oksidasi yang menghasilkan tenaga/Adenosin Triphospat (ATP). Ketersediaan ATP dalam tubuh akan menjadi proses regenerasi sel menjadi lebih baik dan akhirnya menjadikan jaringan, organ serta seluruh subsistem yang ada akan menjadi lebih baik. Memperbaiki kelenturan pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi lebih lancar dan memperkecil kemungkinan terjadinya serangan jantung serta stroke.

Selain itu, memperbaiki sistem penyerapan nutrisi dalam tubuh dan menimbulkan surplus ATP/energi, sehingga mereka yang dalam pengobatan dokter akan lebih cepat sembuh dan meminimalkan efek samping obat. Dan dalam jangka panjang dapat mengurangi ketergantungan terhadap obat. Tujuan akhirnya adalah sehat tanpa obat. BEP juga dapat memberikan ketenangan batin. 

Sebagai bentuk kepedulian lainnya dari Genksi pada warga IPB University, minggu depan mereka akan menyerahkan bantuan berupa 5.700 buah masker. Angka ini  merepresentasikan Dies Natalis ke-57 IPB University. Selain masker, Genksi juga menyerahkan bantuan paket sembako. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement