Senin 28 Sep 2020 15:10 WIB

Keterisian RS Covid-19 di Jabar Sudah Lampu Kuning

Sisi keterisian RS Covid-19 di Jabar hampir 60 persen.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengingatkan warga untuk patuh protokol kesehatan sebab keterisian rumah sakit di Jawa Barat hampir capai 60 persen.
Foto: Dok. Ridwan Kamil
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengingatkan warga untuk patuh protokol kesehatan sebab keterisian rumah sakit di Jawa Barat hampir capai 60 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sisi keterisian rumah sakit Provinsi Jabar memasuki kondisi lampu kuning. Keterisian secara umum, yaitu di ruang isolasi IGD lain-lain ada di angka 56 persen. Padahal, standar WHO menerapkan kurang lebih 60 persen.

"Nah kita sudah 56 persen secara umum mendekati. Ini menjadi perhatian kita di minggu ini," ujar Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, Senin (28/9).

Baca Juga

Kemudian, menurut Emil, dalam rangka pengisolasian OTG sedang dikoordinasikan oleh Sekda Provinsi Jabar 15 hotel di Bandung Raya. Dan sementara ada tiga hotel di Bodebek yang akan digunakan untuk ruang isolasi di hotel.

"Per hari ini juga terjadi pelanggaran 635.000 di mana 90 persen perorangan dan operasi yustisi ini sudah dilakukan dengan maksimal oleh Pak Kapolda Pangdam baik Polda Jawa Barat maupun Polda Metro yang selalu yang dilakukan berbarengan dengan pemberian masker," katanya.

Emil mengatakan, selama sepekan ini nilai total dendanya mencapai Rp 38 juta. Selama melakukan operasi yustisi, tim juga membagikan masker. Tujuannya, untuk mengedukasi lebih tinggi lagi.

Karena, kata dia, sekarang dari sisi ekonomi semua sudah paham bahwa rem dan gas antara ekonomi dan kesehatan ini selalu dinamis. Yakni, kadang-kadang 50 persen kesehatan dan 50 persen ekonomi. Namun,  kadang-kadang juga 70 persen kesehatan seperti sekarang dan 30 persen ekonomi.

"Tapi tidak pernah 100 berbanding nol kira-kira begitu contoh ditetapkan PSBB di Jakarta berarti di rem ekonominya itu akuntansi turun yang weekend dulu 60 per persen sekarang Hanya 30 persen," katanya.

Jadi, kata Emil, itu lah fluktuatif dari sisi buka tutup kebijakan. Walaupun, pergerakan manusia itu relatif sudah hampir sama seperti awal pandemi

Namun, kata dia, ada juga berita baiknya. Yakni, di Jabar terjadi pertumbuhan ekspor. Sehingga, pintu ekspor ini sekarang sudah bergerak lagi agak cepat. Artinya, orang-orang Jawa Barat bisa jualan. Krnaikannya adalah 14,6 persen di bulan Agustus. Bila dibandingkan Juli, jadi angka ini perbulannya naik pelan-pelan.

"Nanti kita lihat yang September walaupun harusnya ada di Kisaran 40 persen. Nah kemudian Jawa Barat penyumbang ekspor terbesar itu juga boleh dikutip sebesar 16, 28 persen setelah itu Jawa Timur dan Kalimantan Timur," kata Emil seraya mengatakan salah satu ukuran ekonomi Ekspor Jabar sedang kencang lagi yang menandakan ekonomi bergerak lagi tapi yang UMKM dan belanja di level daerah masih kurang maksimal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement