Selasa 29 Sep 2020 15:56 WIB

Komunitas Seniman TMII Menanti Solusi dari Pemerintah

Bantuan sembako belum cukup menutupi kebutuhan dasar para seniman.

Anjungan Provinsi Sumatera Barat tampak lengang saat diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (19/9/2020). Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan salah satu dari puluhan tempat wisata di Jakarta yang ditutup kembali mulai Senin (14/9) setelah diberlakukannya lagi PSBB Jakarta hingga waktu yang belum ditentukan.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Anjungan Provinsi Sumatera Barat tampak lengang saat diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (19/9/2020). Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan salah satu dari puluhan tempat wisata di Jakarta yang ditutup kembali mulai Senin (14/9) setelah diberlakukannya lagi PSBB Jakarta hingga waktu yang belum ditentukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas seniman Taman Mini Indonesia Indah (TMII) saat ini tengah menanti solusi jitu dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ekonomi di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan secara berkelanjutan.

"Saya tahu bahwa mengurus warga dalam jumlah besar itu susah, tapi apa langkah jitunya saat kesenian di ruang budaya itu ditutup semua," kata Koordinator Seniman Tari dan Musik Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Armen, di Jakarta, Selasa (29/9).

Armen tidak menampik perhatian pemerintah daerah dalam bentuk pemberian sembako berisi beras, minyak, gula, dan lainnya. Namun bantuan tersebut belum sepenuhnya menutupi kebutuhan dasar profesi seniman di Jakarta.

"Kalau hanya bantuan sosial beras, minyak dan lainnya itu hanya kebutuhan perut saja. Tapi bagimana mereka sewa tempat tinggal, listrik, khususnya mereka yang berkeluarga itu seperti apa? Ini harus ada rundingan lebih jauh," kata dia.

Belum lama ini Armen menampung seorang anak keturunan Suku Dayak Kalimantan di rumahnya. Pertolongan itu dia lakukan sebab anak tersebut terusir dari indekos setelah tidak memiliki pendapatan untuk membayar uang sewa.

"Dia utang Ibu kos, sebab agak susah membayar sewa dan tidak ada pertolongan, akhirnya saya bicarakan dia tinggal di saya, saya yang urus untuk hidupnya," katanya.

Armen pun dituntut dapat bekerja kreatif di tengah impitan beban ekonomi sambil tetap melakukan rekaman musik di studio salah seorangrekannya. "Kita membuat karya musik Borneo yang berkaitan dengan Kalimantan, kita rekam walaupun harus 'kucing-kucingan' dengan petugas saat masuk ke studio teman. Yang penting jadi hasil karya yang bisa kita tawarkan ke publik," katanya.

Selain itu, Armen bersama komunitasnya juga membangun bersama komunitas 'anak punk' dengan memberikan sentuhan tradisi budaya dalam aransemen musik mereka.

"Ada beberapa karya yang mereka aransemen. Kita produksi untuk aktivitas saja sebab diam di rumah kita stres justru itu akan turunkan daya tahan tubuh," katanya.

"Saya juga pernah mengisi acara di instansi pemerintahan tapi tidak jelas juga. harapannya bisa dapat bantuan keuangan, tapi banyak juga teman-teman yang menanyakan kejelasannya gimana," kata Armen melanjutkan.

Armen meminta otoritas terkait dapat meninjau langsung kondisi seniman saat ini dan bisa segera memberikan solusi jitu bagi keberlangsungan ekonomi mereka. "Surveilah ke lapangan, bertanya kepada seniman seperti apa. Bagaimana pun kita warga negara," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement