REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan Pengusaha optimis pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan dapat mencapai 4,5 persen sampai 5,5 persen. Asalkan, penanganan Covid-19 bisa dipercepat.
"Karena akar masalah kita di sini Covid-19. Makanya kami dari pengusaha sangat mengapresiasi sekaligus mendukung Menteri BUMN atas kerja kerasnya dalam pengadaan vaksin secepatnya," ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada Republika.co.id, Selasa (29/9).
Menurutnya, vaksin seperti angin segar bagi pengusaha. "Ini memberikan psikologi pasar akan positif, baik ke pelaku usaha dan masyarakat," ujarnya.
Sarman menilai, jika penanganan Covid-19 hanya mengandalkan kedisiplinan warga dalam menerapkan protokol kesehatan, maka akan lama prosesnya. Sementara, pengusaha sudah enam bulan lebih stagnan karena kondisi yang tidak pasti.
"Kalau Covid-19 ini berkepanjangan, dikhawatirkan masalah sosial semakin besar. Pengangguran semakin banyak, pendapatan masyarakat terpuruk, dan daya beli masyarakat juga terpuruk. Maka lebih cepat realisasi sangat kita nantikan dan itu jawaban dari ketidakpastian ke dunia usaha," tutur dia.
Bila vaksin Covid-19 sudah dapat direalisasikan pada November mendatang, maka pemulihan pertumbuhan ekonomi bisa lebih cepat lagi. Sebab, Indonesia masih memiliki momentum Natal dan tahun baru.
"Itu akan perkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2020 dan kuartal I 2021," tegasnya.
Kekuatan lain yang belum muncul, sambungnya, yakni belanja masyarakat kelas menengah baru yang jumlahnya mencapai 50 juta. Warga memiliki tabungan tapi tidak berani belanja karena ekonomi tidak pasti.
"Namun jika ekonomi sudah terlihat mengarah ke proses normal dengan kebijakan yang melonggar, kelas menengah baru ini akan muncul mengeluarkan dananya ke berbagai investasi, beli kendaraan, beli properti, barang elektronik, dan lainnya," jelas dia.
Hal itu, lanjut Sarman, dapat mendongkrak daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional. "Namun ini terjadi kalau mereka lihat arah ke positif, artinya pandemi tidak berkepanjangan," tuturnya.
Pulihnya pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun depan, kata dia, juga tergantung bagaimana pemerintah menjaga konsumsi rumah tangga. Seperti diketahui, hampir 60 persen lebih pertumbuhan ekonomi disumbang oleh konsumsi.
"Pertahankan daya beli masyarakat, pemberian bansos tunai harus terus diperluas. Misal pemberian bantuan Rp 2,4 juta bagi pegawai gaji di bawah Rp 5 juta, ini perlu diteruskan dan kalau bisa perbanyak jumlahnya demi tingkatkan daya beli," jelas Sarman.