Rabu 30 Sep 2020 13:35 WIB

Perlu Antisipasi Fluktuasi Harga Pangan di Akhir Tahun

Saat ini harga beras cenderung stabil antara Rp 11.800-11.850 per kilogram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menata sayuran di pasar tradisional (ilustrasi). Pemerintah perlu mengantisipasi lonjakan harga pangan di akhir tahun.
Foto: ANTARA /RAHMAD
Pedagang menata sayuran di pasar tradisional (ilustrasi). Pemerintah perlu mengantisipasi lonjakan harga pangan di akhir tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan, upaya antisipasi terhadap adanya fluktuasi harga pangan di akhir tahun perlu terus dilakukan. Pergerakan harga sebagai parameter ketersediaan komoditas pangan di pasar perlu terus dipantau untuk menjaga daya beli masyarakat.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga bawang putih terpantau fluktuatif antara Rp 26.250 – Rp 26.800 per kilogram sejak awal hingga akhir September.

Baca Juga

Sementara itu, harga daging sapi juga fluktuatif mulai dari Rp 116. 550 – Rp 118.200 per kg pada periode yang sama. Fluktuasi harga juga terjadi pada komoditas lain, seperti bawang merah dan daging ayam. Bahkan untuk komoditas cabai merah, harga meningkat dari Rp 29.400 di awal bulan hingga Rp 36.600 di akhir bulan.

Adapun harga beras cenderung stabil antara Rp 11.800-11.850. "Oleh karena itu, ketersediaan komoditas yang satu ini juga perlu terus dipastikan mengingat dampak perubahan iklim sudah menyebabkan mundurnya masa panen petani padi di beberapa daerah," kata Felippa dalam Siaran Pers CIPS, diterima Republika.co.id, Rabu (30/9).

 

Walaupun harga beras cenderung stabil, ia menuturkan, antisipasi stok dan harga perlu dilakukan hingga akhir tahun. Belum lagi karena musim tanam kemarau biasanya hanya menghasilkan lebih sedikit. Ditambah dengan adanya perayaan natal dan tahun baru yang akan datang, diprediksikan bahwa permintaan beras akan terus meningkat.

"Untuk solusi jangka panjang, koordinasi antar pihak terkait harus dilangsungkan agar fenomena kenaikan ini tidaklah menjadi kejadian yang akan selalu berulang dari tahun ke tahun. Kembali lagi ini harus dijadikan pembelajaran bagi pemerintah untuk menghasilkan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat secara langsung tanpa proses yang panjang dan berbelit-belit," ujarnya.

Terkait resesi yang kini sedang melanda perekonomian Indonesia, Felippa mengatakan, melemahnya kinerja pertumbuhan ekonomi juga akan memengaruhi banyak hal, salah satunya adalah daya beli masyarakat. Untuk tetap menjaga daya beli masyarakat pada komoditas pangan, ketersediaannya di pasar harus tetap dipastikan supaya harganya tetap stabil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement