Rabu 30 Sep 2020 18:06 WIB

Pelaku Corat-Coret Mushala di Tangerang Disebut Alami Stres

Sebuah mushala di Villa Tangerang Elok, Pasar Kemis jadi sasaran aksi vandalisme.

Rep: Eva Rianti/ Red: Andri Saubani
Vandalisme di Mushola Darussalam.
Foto: Istimewa
Vandalisme di Mushola Darussalam.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pelaku aksi corat-coret Mushala Darussalam di kawasan Perumahan Villa Tangerang Elok, Kelurahan Kuta Jaya, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang diketahui memiliki sikap aneh dalam dua bulan belakangan. Seorang warga berinisial K yang tinggal tak jauh dari mushala mengungkapkan, pelaku S (18) diduga mengalami stres.

"Anaknya stres itu ya. Beberapa bulan terakhir ini kayak aneh gitu," ujar K saat ditemui Republika di dekat lokasi kejadian, Kamis (30/9).

Baca Juga

Menurut penuturannya, S merupakan anak yang memiliki sikap yang temperamen. Bahkan sempat berbuat ulah, termasuk terhadap anak kandungnya.

"Anak saya pernah digebukin sama dia. Anaknya cepat marah," cerita dia.

K menambahkan, sepengetahuan dia, S akan menjalani pengobatan ruqiyah di daerah Jawa Timur, namun belum sempat dibawa ke tempat ruqiyah, pelaku melakukan aksi tak senonohnya tersebut.  Atas kejadian corat-coret tempat ibadah tersebut, K mengatakan bahwa dirinya dan sejumlah warga sempat merasa ketakutan.

"Ya, saya takutnya karna yang PKI PKI itu, dari corat-coretannya," ujarnya mengaitkan peristiwa tersebut dengan tragedi G30S/PKI.

Namun, saat ini dia mengaku sudah cukup tenang lantaran pelaku sudah diamankan oleh polisi di samping mengetahui pelaku memang seorang yang menurutnya kurang normal. "Tapi sekarang sudah agak enggak takut karena tahu pelakunya bisa dibilang enggak normal lah ya," ungkapnya.

Senada, ditemui di Mushala Darussalam, seorang warga yang menjadi salah satu saksi dalam kasus tersebut, SH, juga mengungkapkan bahwa pelaku memiliki sikap tak biasa belakangan ini. Sebelum dua bulan belakangan, pelaku bahkan disebut sering ikut shalat berjamaah di mushala tersebut.

"Dia dulu sering shalat jamaah, cuma dua bulan terakhir enggak biasa," tuturnya. Menurut cerita SH, perubahan sikap pelaku berawal dari masalah yang dihadapi pelaku dengan seorang driver ojek online (ojol).

"Dia punya masalah waktu itu dia jatuh dari motor. Seorang driver ojol niatnya mau nolong enggak tahu alasannya kenapa malah dipukul," ceritanya.

SH mengatakan, setelah adanya masalah tersebut, pelaku dinilai memiliki sikap labil. Karena itu, orang tua pelaku tidak memperbolehkan anaknya keluar rumah.

"Dua bulan ini dia memang enggak boleh keluar sama orang tuanya. Dalam pengawasan. Terus ini (keluar rumah) kecolongan) keluar. Dua bulan ini juga masa-masa labil orangnya," jelasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement