REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PR RI Bambang Soesatyo mengatakan musibah banjir bandang yang melanda Sukabumi jangan sampai mengganggu semangat belajar anak-anak karena mereka merupakan tumpuan Indonesia di masa depan.
"Anak-anak ini adalah tumpuan Indonesia di masa depan, musibah boleh datang mengganggu, tapi semangat belajar tetap maju. Mereka adalah tumpuan Indonesia di masa depan," kata Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (30/9).
Hal itu dikatakan Bamsoet saat menyerahkan bantuan untuk anak-anak korban banjir bandang di Desa Kompa Kecamatan Parungkuda, Sukabumi. Bamsoet memberikan bantuan kepada anak-anak PAUD korban banjir bandang di Sukabumi berupa alat tulis, susu, pampers serta uang tunai diharapkan mampu memenuhi kebutuhan mereka selama masa pemulihan pasca-bencana.
"Anak-anak ku sekalian jangan bersedih dengan musibah yang datang, masih banyak kakak serta saudara kalian yang siap membantu dan menghibur. Tetap semangat belajar agar kelak kalian menjadi pemimpin bangsa yang bijak," ujarnya.
Dia memaparkan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi per-tanggal 22 September, banjir bandang yang terjadi di Sukabumi menyebabkan 299 keluarga terdampak banjir, 210 orang mengungsi, 20 orang luka, dan 3 orang harus meninggal dunia.
Menurut dia, terhadap musibah banjir, intensitas hujan lebat menjadi alasan. Padahal, akar masalahnya lebih dari itu.
"Dari mulai sungai yang kehilangan perannya karena endapan lumpur hingga deforestasi hutan secara besar-besaran. Padahal bencana sudah datang silih berganti setiap tahun, anak-anak hingga dewasa menjadi korbannya," katanya.
Namun menurut dia, pemerintah daerah hingga pusat tampaknya belum maksimal melakukan pencegahan. Dia mengungkapkan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di tahun 2019 sudah terjadi 3.731 bencana hidrometereologi seperti puting beliung, banjir, dan tanah longsor.
Sementara itu menurut dia, bencana geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung merapi terjadi sebanyak 37 kasus. Dampaknya, 478 warga meninggal, 109 orang hilang, dan 6,1 juta jiwa terpaksa mengungsi.
"Agar ke depan tidak ada lagi anak-anak yang terganggu belajarnya serta jiwa yang melayang sia-sia, tidak ada jalan selain memulihkan kembali lingkungan," katanya.
Dia menilai, setiap pemerintah daerah perlu membuat peta daerah rawan bencana di masing-masing wilayahnya, sebagai pedoman antisipasi sekaligus pedoman menyusun tata ruang wilayah yang harus ditaati dan dituruti semua pihak.
Bambang mengatakan, tidak boleh lagi kawasan hijau dieksploitasi demi kepentingan ekonomi sesaat. Karena pada akhirnya malah membuat anak-anak menanggung beban berat.