REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah mengembangkan metode cepat untuk identifikasi dan memberi label pada versi mutasi dari virus corona baru. Metode itu menggunakan informasi dari basis data global informasi pengujian.
Perkembangan tersebut disebut sebuah kemajuan yang dapat membantu dalam pengembangan terapi melawan penyakit mematikan tersebut. Dilansir dari Financial Express, Sabtu (3/10), alat baru, yang dijelaskan dalam jurnal PLOS Computational Biology, mengidentifikasi pola dari volume informasi genetik dan bisa mengidentifikasi apakah virus telah berubah secara genetik.
Menurut para peneliti, termasuk dari Drexel University di Amerika Serikat (AS), metode tersebut dapat digunakan untuk mengkategorikan virus dengan perbedaan genetik kecil menggunakan label yang disebut Informative Subtype Markers (ISM).
Dalam studi saat ini, mereka mengkategorikan sedikit variasi genetik dalam novel coronavirus SARS-CoV-2 dan menghasilkan label yang tersedia untuk umum bagi para ilmuwan di seluruh dunia. Menurut salah satu penulis studi dari Universitas Drexel, Gail Rosen, jenis virus SARS-CoV-2 yang dilihat dalam tes dari Asia dan Eropa berbeda dari jenis yang dilihat di Amerika.
“Mengidentifikasi variasi memungkinkan kita untuk melihat bagaimana virus telah berubah saat berpindah dari populasi lainnya. Ini juga dapat menunjukkan pada area kita di mana social distancing berhasil mengisolasi Covid-19,” kata Rosen.
Alat ISM, menurut para ilmuwan sangat berguna karena tidak memerlukan analisis rangkaian genetik lengkap virus untuk mengidentifikasi mutasinya. Ini juga mengidentifikasi posisi tertentu dalam urutan genetik virus yang berubah bersama ketika virus menyebar.
Menurut para ilmuwan, dari awal April hingga akhir musim panas, tiga posisi dalam urutan SARS-CoV-2 yang berada di berbagai bagian genom bermutasi pada waktu yang bersamaan. Mereka mengatakan salah satu bagian ini terkait dengan pembentukan protein lonjakan virus yang memungkinkannya masuk ke sel sehat.
Sementara penyelidikan lebih lanjut diperlukan tentang bagaimana mutasi simultan ini berdampak pada transmisi dan keparahan virus. Para peneliti mengatakan, situs yang berubah bersama dapat digunakan untuk mengkonsolidasikan label subtipe menjadi 11 molekul dasar. Rosen mengungkapkan ini sama saja dengan memindai barcode daripada mengetikkan nomor kode produk lengkap.
“Ini memungkinkan kami melihat sidik jari Covid-19 yang spesifik dari setiap wilayah di seluruh dunia, dan melihat lebih dekat ke wilayah yang lebih kecil untuk melihat perbedaannya,” ujar Rosen.
Selain membantu para ilmuwan memahami bagaimana virus berubah dan menyebar, para ilmuwan percaya metode tersebut juga dapat mengungkapkan bagian kode genetiknya yang tampaknya tetap tahan terhadap mutasi.
Rekan penulis studi Bahrad Sokhansanj dari Drexel University mengatakan pihaknya melihat protein lonjakan dan bagian dari virus untuk mengemas materi genetiknya telah mengembang beberapa mutasi besar, namun sebaliknya mereka berubah pada tingkat yang lebih lambat.
“Yang penting, keduanya merupakan target utama untuk memahami respon kekebalan tubuh, mengidentifikasi terapi antivirus dan merancang vaksin,” kata Sokhansanj.