REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tingkat aktivitas di sektor jasa Jepang mengalami kontraksi selama delapan bulan berturut-turut pada September, namun dalam laju lebih lambat. Data yang didapatkan dari survei bisnis swasta ini menggambarkan, tanda permintaan mulai meningkat stabil.
Seperti dilansir Reuters, Senin (5/10), Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa dari Bank Jibun Jepang pada September berada pada level tertinggi dalam delapan bulan terakhir, yaitu pada level 46,9. Sebelumnya, pada Agustus, PMI Jasa Jepang berada pada level 45,0.
Meski indeks masih di bawah level netral 50, realisasinya lebih tinggi dari proyeksi awal, 45,6. Ini menunjukkan, kondisi jasa Jepang sudah bergerak mendekati stabilisasi.
Ekonom IHS Markit Shreeya Patel mengatakan, secara keseluruhan, ada tanda-tanda perbaikan di sektor ini, meskipun pemulihan masih jauh dari aman. "Tingkat permintaan di seluruh negeri tetap lemah dengan pembatasan pariwisata dan perjalanan yang menghambat munculnya pekerjaan baru di seluruh sektor jasa," tuturnya.
Realisasi PMI yang masih terkontraksi terutama dikarenakan adanya percepatan penurunan pesanan baru dari luar negeri. Beberapa perusahaan yang disurvei mengatakan, kondisi permintaan di pasar ekspor masih tertekan dan adanya penutupan bisnis sejumlah klien.
Tapi, survei tersebut juga menunjukkan optimisme yang kuat pada prospek perusahaan untuk 12 bulan ke depan di tengah harapan pemulihan. Harapan ini mendorong sub-indeks ekspektasi bisnis ke level tertinggi tahun ini.
Sementara itu, pemutusan hubungan kerja (PHK) berlanjut selama tujuh bulan, namun dalam laju yang lebih lambat dan mendekati level netral.
Hasil survei Bank of Japan dari pekan lalu menunjukkan, sentimen bisnis membaik pada kuartal ketiga. Pada kuartal sebelumnya, sentimen bisnis berada pada level terendah 11 tahun. Tren perbaikan ini menggambarkan adanya tanda perputaran ekonomi secara bertahap.
PMI komposit, yang mencakup manufaktur dan jasa, naik menjadi 46,6 pada September dari akhir bulan sebelumnya sebesar 45,2.