REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara
Hari ini (7/10), tercatat tambahan 4.538 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Tambahan kasus tersebut menjadikan total kasus positif di Tanah Air mencapai angka 315.714.
Dari keseluruhan kasus 20,3 persen di antaranya merupakan kasus aktif, 76,1 persen sembuh, dan 3,6 persen meninggal dunia. Penambahan kasus sebanyak 4.538 adalah lonjakan setelah sebelumnya selama 11 hari terakhir kasus harian ada di bawah level 4.500 kasus.
Hari ini juga tercatat jumlah kematian akibat Covid-19 sebanyak 98 orang. Turun dari kemarin yaitu 121 orang. Secara total sudah 11.472 orang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada sepekan terakhir mencatat ada penurunan tren kematian di empat provinsi prioritas dengan kumulatif kasus paling tinggi di Indonesia. Yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Bali.
"Jadi yang kita lihat di sini adalah perkembangan jumlah kumulatif kematian per minggu," kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 dr Dewi Nur Aisyah dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (7/10).
Ia mengatakan data perkembangan tren kematian tersebut, untuk melihat apakah ada kematian yang sangat tinggi dari 10 provinsi prioritas tersebut. Dari empat provinsi yang mencatatkan tren penurunan kematian, Dewi mengatakan DKI Jakarta sebenarnya mencatatkan kenaikan angka kematian cukup tinggi pada pertengahan sampai akhir September. Namun, pada satu pekan terakhir mencatat penurunan yang sangat luar biasa hingga mencapai 52,4 persen.
"Ini berarti bentuk intervensi yang coba dilakukan dengan memperkuat mulai dari Wisma Atlet, hotel-hotel sudah mulai dipetakan. Ini mulai berjalan dan terlihat efeknya untuk mengurangi kasus dan fatalitas yang ada di rumah sakit-rumah sakit," katanya.
Provinsi Jawa Tengah juga mencatatkan tren penurunan kematian kumulatif cukup baik. Meski di tiga pekan lalu sempat naik, tetapi pada pekan terakhir turun hingga mencapai 57,4 persen. Sulawesi Selatan juga dilaporkan turun jumlah kumulatif tren kematiannya sebesar 46,2 persen. Sementara Provinsi Bali turun tipis 2,6 persen.
Selain tren penurunan, ada juga tren kenaikan kumulatif kematian di antara 10 provinsi yang menjadi prioritas penanganan karena kumulatif kasusnya paling tinggi, yakni Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), Kalimantan Selatan (Kalsel), Papua dan, Aceh.
Dari kelima provinsi tersebut, Papua merupakan provinsi yang mencatatkan tren kenaikan kematian kumulatif paling tinggi, yaitu mencapai 187,5 persen. Disusul Aceh yang meningkat 85 persen, Jawa Barat yang naik 29,0 persen, Kalsel 25 persen dan Jawa Timur yang juga meningkat 5,9 persen.
Dewi mencatat bahwa tren angka kematian di Jawa Barat sebenarnya telah meningkat cukup tinggi dalam dua pekan terakhir. Sedangkan di Jawa Timur tren angka kematian juga cukup tinggi, tetapi puncaknya telah tercatat pada beberapa bulan sebelumnya.
"Walaupun terakhir-terakhir sempat naik, kontribusinya sudah bergeser, bukan dari Surabaya yang tertinggi, namun dari kabupaten/kota lainnya," kata dia.
Sementara itu, tren angka kematian di Provinsi Papua sudah sangat tinggi sejak dua pekan terakhir. "Meskipun kematian di Papua memang kalau dari jumlah absolut tidak terlalu tinggi sebenarnya. Namun, dibandingkan yang biasanya, biasanya itu meninggal 1, 2, 5, atau 6 orang. Tiba-tiba (tren kematiannya) naik tinggi sekali di pekan terakhir," kata Dewi.
Sedangkan Sumatra Utara yang juga termasuk dalam 10 provinsi prioritas penanganan Covid-19, tidak mencatatkan penambahan atau penurunan angka kematian, dan 52,48 persen dari kumulatif kematian di provinsi itu berasal dari Kota Medan.
Satgas juga mencatat penurunan kasus di enam dari 10 provinsi dengan kumulatif kasus paling tinggi pada sepekan terakhir. Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
"Jadi memang dari 10 provinsi ini masih beberapa yang ada peningkatan kasus. Sisanya dari pekan sebelumnya sudah terjadi penurunan," kata Dewi. Ia mengatakan untuk DKI Jakarta, tren kasus Covid-19 dalam sepekan mengalami penurunan sebanyak minus 0,8 persen. Untuk itu, Satgas Covid-19 mendorong agar penurunan tersebut akan jauh lebih tinggi pada pekan-pekan berikutnya.
Berdasarkan data yang ada, peningkatan kasus sangat signifikan DKI Jakarta terjadi pada awal-awal September. Namun demikian, pada pekan terakhir tren tersebut sudah mulai sedikit menurun.
Sementara vaksin Covid-19 atau obat untuk menyembuhkan Covid-19 belum tersedia, masyarakat tetap dianjurkan menggunakan masker, mencuci tangan secara rutin dan menjaga jarak fisik. Pakar kesehatan merekomendasikan aturan menjaga jarak setidaknya dua meter bila terpaksa keluar rumah.
Temuan baru Pusat Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan virus penyebab Covid-19 bisa menyebar di udara dari orang yang terinfeksi sejauh 1,8 meter. Apakah menjaga jarak dua meter masih efektif?
"Jaga jarak tetap relevan mengurangi risiko infeksi karena tidak semua percikan liur dapat bertahan sejauh itu di udara. Lebih dari satu meter apalagi dua meter percikan liur tersebut akan jatuh ke bawah," ujar dokter Vito A. Damay.
CDC menyatakan virus SARS CoV-2 penyebab Covid-19 bisa menyebar di udara dari orang yang terinfeksi sejauh 1,8 meter. Menurut CDC, virus ini dapat tersebar melalui partikel-partikel kecil yang mampu bertahan di udara dan menginfeksi orang dengan jarak yang sebelumnya dianggap aman.
Dokter divisi penyakit tropik dan infeksi di Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo pernah mengatakan, terkait risiko penularan Covid-19 melalui udara, maka jaga jarak sosial dan fisik sejauh dua meter bisa jadi tak lagi efektif. Kemudian, bahkan jika seseorang menjaga jarak lebih dari dua meter tetapi berada di ruangan yang sama dengan orang yang dicurigai terkena Covid-19 dan berbagai sirkulasi udara dengan dia, maka dia berisiko terkena penyakit yang sama.
Hal senada juga diungkapkan Vito. Dia menuturkan, ada kemungkinan pada tempat yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, percikan liur yang sangat halus lebih lama mengambang di udara dan bisa dihirup orang lain. Dalam hal ini, mengenakan masker sudah wajib dan tidak bisa dinegosiasikan lagi. Dokter menyarankan, masker kain sudah cukup asalkan sesuai standar kesehatan yakni tiga lapis kain katun dan dipakai secara benar.
"Kalau pakai masker yang kain tiga lapis apalagi masker bedah, maka bersin pun pasti tetap dalam masker air liurnya. Kalau kita sehat dan pakai masker maka kemungkinan menghirup udara yang ada unsur partikel liur dan virusnya pun lebih kecil," kata Vito yang merupakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dan pembicara di berbagai kesempatan mengenai Covid-19.
Berdasarkan distribusi jumlah kasusnya, DKI Jakarta mencatatkan penambahan jumlah pasien sembuh paling banyak. Yaitu 986 orang dengan kasus positif sebanyak 1.211 orang dan kasus meninggal 15 orang.
Kemudian, Jawa Barat melaporkan kasus sembuh baru sebanyak 513 orang dengan kasus positif 752 orang dan meninggal 13 orang, Jawa Timur 293 orang sembuh dengan 331 orang positif dan 25 orang meninggal, Jawa Tengah 270 kasus sembuh baru dengan 384 orang positif dan 5 orang meninggal.
Berikutnya, Riau mencatat 260 kasus sembuh dengan 150 orang terkonfirmasi positif dan 2 kasus meninggal, Aceh 211 orang sembuh dengan 72 orang positif dan 2 orang meninggal, sementara Sumatera Utara mencatat 177 orang sembuh dengan 96 kasus positif dan 5 orang dilaporkan meninggal akibat Covid-19.
Lebih lanjut, ada 2 provinsi yang melaporkan kasus baru di bawah 10, dan 1 provinsi yang hari ini melaporkan tidak ada penambahan kasus, yaitu Maluku Utara. Kemudian, Satgas Covid-19 juga mencatat kasus suspek sebanyak 142.213 orang di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Sementara itu, spesimen yang telah diperiksa Rabu ini adalah sebanyak 44.212 spesimen dengan menggunakan pemeriksaan realtime PCR dan tes cepat molekuler (TCM).