Jumat 09 Oct 2020 01:04 WIB

Menimbang Investasi Reksa Dana dan Obligasi Saat Pandemi

Pasar obligasi menawarkan ORI018 dengan yield 5,5 persen.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar keuangan diprediksi masih akan menghadapi volatilitas yang  tinggi akibat risiko geopolitik. Sejak  awal  tahun  Indeks  Harga  Saham  Gabungan (IHSG) telah terkoreksi hingga 21,79 persen setelah ditutup melemah  ke 4.926,73 pada akhir pekan lalu.

Head of  Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan dalam situasi seperti ini, reksadana dan  pasar obligasi menjadi alternatif investasi yang relatif aman dan menguntungkan. Dia menjelaskan, langkah yang bisa dilakukan investor untuk  tetap berinvestasi adalah memastikan bahwa portfolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil  risiko masing-masing. 

Baca Juga

"Di tengah ketidakpastian yang tinggi, diversifkasi portofolio investasi dapat menurunkan risiko terhadap investasi," ujar  Ivan, Kamis (8/10).

Ivan menjelaskan, agar dapat berinvestasi dengan nyaman terutama saat  pergerakan market bergerak secara volatile, untuk investor yang memiliki profil risiko balanced/berimbang, porsi diversifikasi investasi yang  bijak untuk diterapkan adalah di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap/obligasi.  

Untuk kelas aset saham, investor dapat fokus pada reksa dana dengan strategi  investasi big cap/saham berkapitalisasi besar. Underlying dari reksa dana  ini umumnya akan lebih baik menghadapi goncangan pergerakan market.

Selain  itu, untuk investor dengan profil risiko moderate dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 15 persen, reksa  dana pendapatan tetap atau obligasi 30 persen, dan reksa dana pasar uang  55 persen.

Investor dengan profil risiko growth dapat menempatkan investasinya dengan  porsi di reksa dana saham 60 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 20 persen, dan reksa dana pasar uang 20 persen.

Selain reksa dana, menurut Ivan, instrumen investasi yang saat ini menarik  untuk dilirik adalah obligasi pemerintah yang baru diluncurkan Kementerian  Keuangan, ORI018. Saat ini pasar obligasi Indonesia menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif yakni di sekitar 5,5 persen, cukup atraktif jika  dibandingkan dengan negara emerging market lainnya seperti Thailand di sekitar 1,9 persen dan Malaysia di kisaran 4,0 persen.

Obligasi merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode  tertentu. Obligasi memberikan tiga keuntungan  bagi investor.

Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang  tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor  yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka  waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan, dan sebagainya. 

Kedua, berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham. Harga  obligasi  di  pasar  sekunder  cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham.  

Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat  bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk  free. "Obligasi negara dengan tenor pendek menjadi pilihan yang menarik  karena relatif tidak mengalami volatilitas," kata  Ivan.

Pemerintah Indonesia melalui  Kementerian  Keuangan kembali menawarkan  ORI  kepada masyarakat  dengan seri ORI018 sebagai alternatif investasi yang aman, mudah, terjangkau  dan  menguntungkan. Dilansir  dari laman ORI018,  Kementerian  Keuangan  menyebutkan  pemerintah  mengajak  publik  untuk  terlibat  dalam program  pemulihan  ekonomi dan  pembangunan  nasional dan  bersama-sama  menjaga masa depan  Indonesia pasca-pandemi  Covid-19. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement