REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para ahli telah menekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik di tengah pandemi Covid-19. Menurut laporan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, satu dari empat orang Amerika tidak mencuci tangan dengan benar.
Sering mencuci tangan merupakan protokol kesehatan yang penting untuk membantu mencegah penyebaran SARS-CoV-2 yang merupakan virus penyebab Covid-19, maupun patogen lainnya. Pria berusia 18 sampai 24 tahun serta orang dewasa kulit putih non-Hispanik paling membutuhkan diingatkan untuk menjaga kebersihan tangan.
"Kita harus memfokuskan mencuci tangan pada waktu-waktu penting, seperti sebelum makan dan setelah mengalami gejala pernapasan, " kata CDC dilansir Fox News, Sabtu (10/10).
Menurut CDC, pengetahuan orang Amerika tentang kebiasaan mencuci tangan telah berubah. Sebelum pandemi, mereka hanya mengetahui sedikit tentang kebiasaan tersebut. CDC membandingkan data dari survei ConsumerStyles Porter Novelli Public Services dari Oktober 2019 hingga Juni 2020 dengan masing-masing 3.624 dan 4.053 responden. Studi panel ini mewakili populasi AS.
Di tengah pandemi, orang Amerika 2,3 kali lebih mungkin mengingat untuk mencuci tangan setelah batuk, bersin, atau membuang ingus. Mereka juga ingat untuk mencuci tangan sebelum makan di luar. Sementara itu, mereka 1,7 kali lebih mungkin mengingat mencuci tangan sebelum makan di rumah.
"Kurang dari 75 persen responden melaporkan ingat untuk mencuci tangan setelah mengalami gejala pernapasan, sebelum makan di restoran, dan sebelum makan di rumah," kata CDC.
Presentase mencuci tangan lebih sering selama sebelum dan sesudah pandemi ditunjukkan pada orang dewasa, individu Hispanik dan kulit hitam, dan perempuan daripada anak muda. CDC menekankan langkah-langkah pencegahan ini pada para lansia. Sebab, mereka lebih berisiko terkena Covid-19.
CDC menyebut orang dewasa dan perempuan yang lebih tua masing-masing mempunyai risiko yang lebih tinggi dari Covid-19 dan penyakit pernapasan lain. Karena datanya dilaporkan sendiri, ada kemungkinan kekuarangan data dalam penelitian tersebut.
Sementara itu, Jepang melaporkan SARS-CoV-2 dapat hidup di kulit manusia sampai sembilan jam. Penemuan itu semakin memperkuat pentingnya menjaga kebersihan tangan.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases pada 3 Oktober, para peneliti dari Kyoto Prefectural University of Medicine menemukan SARS-CoV-2 hidup lebih lama dari virus influenza A (IAV) pada kulit manusia, yang bertahan sekitar dua jam.
“Kelangsungan hidup SARS-CoV-2 selama sembilan jam pada kulit manusia dapat meningkatkan risiko penularan kontak dibandingkan dengan IAV, sehingga mempercepat pandemi. Kebersihan tangan yang benar penting untuk mencegah penyebaran infeksi SARS-CoV-2," ujar para peneliti.