Senin 12 Oct 2020 10:29 WIB

Suharso: YIA Punya Implikasi Pulihkan Ekonomi 

YIA menjadi titik kumpul untuk pergerakan logistik di bagian selatan Jawa.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ruang tunggu penumpang Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Kulonprogo, Yogyakarta, Selasa (6/10). Pembangunan YIA ini di atas lahan seluas 600 hektare, dan menelan biaya Rp 11,3 triliun. Keunggulan konstruksi bandara ini yakni tahan gempa dengan magnitudo 8,8 SR dan menahan gelombang tsunami setinggi 12 meter. Yang menonjol di YIA yakni sentuhan arsitektur Jawa dibeberapa bagian. Seperti gerbang utama khas dengan arsitektur Keraton Yogyakarta. Tidak lupa motif batik kawung di langit-langit bandara menambah kesan megah.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ruang tunggu penumpang Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Kulonprogo, Yogyakarta, Selasa (6/10). Pembangunan YIA ini di atas lahan seluas 600 hektare, dan menelan biaya Rp 11,3 triliun. Keunggulan konstruksi bandara ini yakni tahan gempa dengan magnitudo 8,8 SR dan menahan gelombang tsunami setinggi 12 meter. Yang menonjol di YIA yakni sentuhan arsitektur Jawa dibeberapa bagian. Seperti gerbang utama khas dengan arsitektur Keraton Yogyakarta. Tidak lupa motif batik kawung di langit-langit bandara menambah kesan megah.

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Menteri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyebut keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA) dapat memulihkan ekonomi yang terdampak Covid-19. Terutama di wilayah DIY dan Jawa Tengah. 

Menurutnya, YIA menjadi titik kumpul untuk pergerakan logistik di bagian selatan Jawa. Sehingga, produk-produk lokal yang memiliki orientasi ekspor dapat dilakukan dengan cepat melalui YIA. 

"Dengan demikian, (YIA) punya implikasi untuk membangun ekonomi," kata Suharso saat meninjau YIA, Ahad (11/10) kemarin, berdasarkan siaran pers yang diberikan Humas Pemda DIY. 

Suharso menyebut, pariwisata sudah tidak laku dalam bentuk mass tourism di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Sehingga, turis yang datang secara massal ke Indonesia, khususnya DIY, sudah berkurang.